.
KETIKA dunia disadarkan diserang pandemik Covid-19, WHO menyarankan melawan virus tersebut salah satunya dengan berjemur. Maka berjemur pun mendadak menjadi kebiasaan. Di halaman rumah, di kota, perkantoran, lazim orang berjemur.
Kini setelah dua tahun, nampaknya kebiasaan sehat dan murah itu, mulai surut. Padahal kita hidup di negeri tropis yang berlimpah sinar matahari. Sehingga banyak masyarakat yang berada di wilayah tropis, termasuk Indonesia dengan keberlimpahan paparan sinar matahari justru kurang mendapatkan asupan sinar matahari.
Hal itu biasanya terjadi pada pekerja kantoran dan anak-anak yang menjalani sekolah sehari penuh. Keduanya menjadi kelompok yang berisiko karena lebih sering berada di dalam ruangan sepanjang hari yang minim akses cahaya matahari dan hanya dengan penerangan buatan.
Pakar kesehatan jiwa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Dr.dr. Ronny Tri Wirasto, Sp.Kj mengatakan paparan sinar matahari memiliki dampak yang kuat pada kesehatan mental terutama berkaitan dengan suasana hati.
"Kalau dikatakan sinar matahari berpengaruh terhadap mood atau suasana hati itu memang betul karena berpengaruh pada pelepasan zat serotonin dalam tubuh yang menjaga kita tetap dalam suasana hati yang baik dan tetap segar," kata dia di Yogyakarta, Kamis.
Paparan sinar matahari, kata Ronny, akan merangsang otak untuk memproduksi serotonin dalam tubuh yang membantu mengatur perasaan hati seperti bahagia, sedih, nyaman, cemas, serta nyeri.
Menurut dia, paparan yang cukup akan meningkatkan produksi zat serotonin sehingga menjaga suasana hati tetap baik dan merasa segar di siang hari. Sebaliknya apabila kandungan zat itu dalam tubuh rendah bisa mempengaruhi suasana hati menjadi tidak nyaman.
"Kalau suasana hati sedang turun biasanya suka yang redup-redup dan berdiam di kamar. Ini memang mekanisme tubuh saat mood tidak baik, namun harus dipaksa untuk terpapar matahari agar suasana hati bisa bagus lagi," ujar dia.
Lebih lanjut Rony mengatakan saat malam hari pelepasan zat serotonin akan menurun sebab otak tidak lagi terangsang memproduksi serotonin. Setelahnya, tubuh akan mulai melepas zat melantonin yang memicu rasa mengantuk dan lelah.
"Paparan matahari yang cukup akan memicu peningkatan zat melantonin di malam hari yang mendorong rasa kantuk dan lelah sehingga tidur malam lebih lelap," kata Ketua Prodi Pendidikan Spesialis Ilmu Kedokteran Jiwa FKKMK UGM ini.
Untuk mengatasi hal itu, Rony menyampaikan perlunya pengaturan paparan cahaya matahari, salah satunya dengan berjemur di pagi hari.
"Hidupkan lagi tradisi 'dede' atau berjemur karena tidak hanya untuk mengaktifkan vitamin D, namun juga menjaga mood itu sudah terbukti secara ilmiah," kata dia.
Selain itu, menurut dia, bisa pula dengan melakukan pengaturan tempat kerja agar setiap ruangan di kantor, sekolah, maupun rumah mendapatkan akses masuknya cahaya matahari.*(Ant)-s