.
Bantuan RTLH Arsitektur Yogyakarta yang masih dalam pengerjaan di Kalurahan Kebonharjo. (PM-Roberto Gusta)a
Kulonprogo (PM) – Bantuan RTLH (Rumah Tidak Layak Huni) Arsitektur Yogyakarta yang diperuntukan warga tidak mampu di wilayah DIY, bukan sekedar program bantuan rumah tinggal sembarangan.
Parno (70) warga Jarakan, Kalurahan Kebonharjo, Kapanewon Samigaluh menjadi salah satu warga penerima bantuan RTLH Arsitektur Yogyakarta. Pekerjaan pembangunan rumah baru selesai sekitar 85 persen tetapi sudah terlihat menunjukan salah satu ciri khas bentuk rumah di DIY.
Ukuran rumah sekitar 6 X 6 meter berbentuk kampung dengan pembagian ruangan tamu, dua kamar tidur dan satu kamar mandi. Dinding rumah menggunakan bahan material batu bata diplester dengan pekerjaan sampai diaci.
Serambi depan menggunakan tiang penyangga balok kayu empat buah yang tiap tiang diberikan alas ompak. Usuk menggunakan kayu beratap genting dan berlantai semen.
“Terima kasih bisa mendapatkan bantuan bedah rumah seperti ini. Rumah yang ditempati sebelumnya sudah rusak, berdinding gedeg (anyaman bambu-red), lantai masih tanah,” ujar Parno ditemui di rumahnya, Kamis (18/8).
Menurutnya, tidak terbanyankan menjadi salah satu penerima bantuan RTLH Arsitektur Yogyakarta. Pekerjaan pembangunan belum selesai tetapi memastikan rumah tinggalnya akan lebih baik dibandingkan sebelumnya.
Untuk pembangunan rumah dikerjakan secara gotong royong bersama tetanga sekitar. “Warga setiap hari ke rumah untuk sambatan (gotong royong-red). Belum tahu swadayanya berapa setelah pembangunan rumah selesai,” tutur Tri Wahyu, anak menantu Parno.
Seperti diketahui sumber dana program bantuan RTLH Arsitektur Yogyakarta berasal dari BKK (Bantuan Keuangan Khusus) Dais (Dana Keistimewaan). Nilai bantuan untuk setiap rumah sebesar Rp 50 juta. Tiga kali libat lebih dibandingkan nilai program bantuan RTLH umum lainnya yang setiap rumah ada di kisaran Rp 15 juta.
Lurah Kebonharjo, Sugimo mengungkapkan terdapat 18 warga tidak mampu di wilayahnya mendapatkan program bantuan RTLH dengan sumber dana berbeda. Sebanyak 10 warga diantaranya mendapatkan bantuan RTLH Arsitektur Yogyakarta dari BKK Dais.
“Warga yang menerima bantuan rumah bersumber dari BKK Dais tersebar di Padukuhan Jarakan, Kaliduren, Pringtali, Kedungpedut dan di Padukuhan Kleben. Sekarang sedang proses pengerjaan, ada yang sudah selesai dan ada sampai tahap finishing,” tutur Sugimo.
Keseluruhan biaya pekerjaan pembangunan rumah selesai diperkirakan bisa menghabiskan lebih dari Rp 50 juta. Sebagian pekerjaan dalam proses pembangunan dilaksanakan secara swadaya oleh warga dengan bergotong royong.
“Partisipasi warga bergotong royong masih cukup tinggi. Tiap ada tetangga yang kerepotan, datang ke rumah sambatan. Jika swadaya dinilai rupiah bisa lebih dari Rp 7,6 juta,” tambahnya.***