Platinum

Santri Ponpes Cibuk Lor Asah Kemandirian dengan Produksi Blangkon

Muh Sugiono
27 November 2024
.
Santri Ponpes Cibuk Lor Asah Kemandirian dengan Produksi Blangkon

Para santri di tengah kesibukan proses pembuatan produk blangkon. (PM-Nadi M)

Patmamedia.com (SLEMAN) - Di Pondok Pesantren (Ponpes) Cibuk Lor, Margoluwih, Seyegan, Sleman, Yogyakarta, para santri tak hanya mendalami ilmu keagamaan. Mereka juga diajarkan keterampilan membuat blangkon, pakaian adat khas Jawa yang menjadi elemen penting dalam budaya masyarakat setempat.

Kegiatan ini menjadi salah satu upaya untuk melatih kemandirian para santri sekaligus mengenalkan mereka pada dunia kewirausahaan. Menurut pengasuh Ponpes Cibuk Lor, Muhammad Faqih, keterampilan membuat blangkon merupakan aktivitas sampingan yang melengkapi rutinitas pendidikan agama di pesantren tersebut. "Jumlah produksi bukan hal utama. Yang penting, santri menguasai seluruh proses pembuatan blangkon, dari awal hingga menjadi produk siap jual," jelasnya.

Blangkon Khas Mataraman

Blangkon yang diproduksi para santri memiliki ciri khas gaya Mataraman. Produksi ini juga mendukung Peraturan Gubernur DIY tentang penggunaan pakaian tradisional Jawa pada hari tertentu. Blangkon-blangkon buatan Ponpes Cibuk Lor dikenal karena garapannya yang halus, model menarik, dan harga terjangkau.

"Produk kami sudah tersebar di berbagai wilayah Yogyakarta hingga luar provinsi. Selain menggunakan bahan lokal, produk ini dirangkai dengan jahitan mesin, sehingga lebih awet," tambah Faqih. Tersedia berbagai model, seperti blangkon Mataraman, Solo, dan Sunda, dengan harga mulai Rp65 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung bahan dan tingkat kesulitannya.

Setiap harinya, pesantren yang dihuni 40 santri ini mampu memproduksi 20 hingga 40 blangkon. Permintaan biasanya meningkat pada awal tahun ajaran baru dan menjelang Lebaran. Namun, Ponpes Cibuk Lor telah memiliki pangsa pasar tetap, seperti pedagang di Pasar Beringharjo dan kawasan Malioboro.

Dengan kegiatan ini, Ponpes Cibuk Lor tidak hanya menghasilkan generasi beriman, tetapi juga mandiri dan berdaya saing dalam keterampilan tradisional yang terus relevan dengan kebutuhan zaman.***

Griting

Baca Juga