.
Afif Syakur (kanan) bersama model yang memeragakan busana rancangannya. PATMA-ISTIMEWA
DALAM setiap penyelenggaraan Jogja Fashion Week (JFW), selalu ada banyak pelajaran yang dapat dipetik. Begitu pun pada pergelaran edisi terakhir yang dipusatkan di Jogja National Museum, 25 hingga 27 November 2021. Perhelatan tahunan para insan mode itu, oleh Afif Syakur selaku project officer JFW 2021 dinilai sebagai titik tolak untuk menuju kebaruan dunia fashion.
Diterangkan Afif Syakur, JFW 2021 seperti yang diharapkan telah menjalankan fungsinya sebagai wahana untuk mendongkrak eksistensi para pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM). Memfasilitasi kebutuhan fashion designer, termasuk industri kerajinan pendukungnya, bahkan para siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) jurusan tata busana, untuk mempresentasikan karya.
Penyelenggaraan JFW 2021 yang berlangsung di masa pandemi Covid-19, oleh Afif Syakur beserta para stake holder seperti Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Bank Indonesia Yogyakarta dan Jogja National Museum (JNM) diniliai telah berjalan sukses, sesuai ekspektasi. Dari sana dapat disimpulkan pula bahwa dunia fashion butuh kebaruan.
Menurut Afif, ke depan fashion show tidak selalu harus melibatkan banyak penonton. Presentasi karya dilakukan secara luring (offline) dengan jumlah apresian (penonton) terbatas. Selebihnya memanfaatkan sistem daring (online) yang dapat diakses publik secara terbuka.
"Pandemi Covid-19 yang melanda dunia dua tahun terakhir ini telah mengajarkan kepada kita bahwa pergelaran busana tidak selalu harus melibatkan banyak penonton (luring), karena sekarang juga bisa secara daring," kata Afif Syakur saat ditemui di galerinya, belum lama lalu.
"Kebaruan ini yang akan terus kita dorong agar penyelenggaraan JFW tahun depan bisa dilaksanakan dengan cara seperti itu. Tentu saja lebih disempurnakan agar semua pihak yang terlibat bisa mendapatkan kenyamanan," sambungnya.
Total diikuti 110 praktisi rancang busana, JFW 2021 dinilai melebihi ekspektasi. Hal ini, menurut Afif Syakur menunjukkan semakin tingginya kesadaran para pelaku industri fashion tentang pentingnya branding produk. Bahkan bagi para pemula, termasuk siswa SMK, presentasi karya adalah satu langkah positif yang perlu dilakukan.
"Meskipun pelaksanaan JFW 2021 digelar dengan biaya seadanya, dalam suasana baru di tempat baru (JNM), peserta dan publik pecinta mode terlihat antusias. Tentu saja ini patut disyukuri," ucap Afif Syakur.
Kendati begitu Afif Syakur juga memikirkan kemungkinan jika JFW mendatang, yang kemungkinan diselenggarakan setelah Agustus, akan dikemas dengan dua cara. Yang pertama sesi perhelatan di heritage (JNM), sedangkan yang kedua pergelaran di mall. Untuk yang di heritage (JNM) berupa presentasi karya-karya unggulan, produk zero waste. Sedangkan di mall lebih berupa bazar yang banyak menampilkan karya-karya secondline.
Secara umum, JFW dikemas menuju konsep bisnis yang bertujuan menggerakkan industri fashion. "Tidak ada lagi pengelompokan branding. Peserta tinggal fokus pada apa yang bisa dibuat," kata Afif memungkasi.***