.
Seorang pedagang menunjukkan kedelai impor yang dikeluhkan perajin tahu dan tempa karena harga merangkak naik. (PM-Roberto Gusta)
Kulonprogo (PM) – Belajar dari pengalaman gonjang-ganjing harga kedelai yang mengakibatkan banyak implikasi, pemerintah harus menggalakkan petani menanam kedelai agar kebutuhan bahan baku pembuatan tahu dan tempe dapat terpenuhi dari dalam negeri. Kebutuhan kedelai cukup tinggi tetapi masih menggantungkan kedelai impor.
Yovita Sri Wahyuni Sugiharto, salah seorang pedagang besar kedelai di Kalurahan/Kapanewon Sentolo, Kabupaten Kulonprogo, DIY mengungkapkan kebutuhan kedelai sekitar 85 persen menggantungkan bahan baku kedelai impor dari Amerika.
“Petani perlu digalakkan kembali untuk menanam kedelai. Sekarang ada kedelai panenan petani dari berbagai daerah tetapi hanya sedikit. Persedian yang ada di pasar hanya cukup untuk kebutuhan satu minggu,” ujarnya.
Bu Sri panggilan akrab Yovita Sri Wahyuni Sugiharto menyampaikan hal tersebut ketika dikonfirmasi terhadap persediaan dan kenaikan harga kedelai yang baru-baru ini dikeluhkan perajin tahu dan tempe di Kulonprogo.
Kedelai panenan petani dari berbagai daerah di Indonesia, katanya pernah menguasai pasar dalam negeri sekitar 1980-an. Ada kedelai dari daerah Banyuwangi, Situbondo, Jember, Menado, Bima dan bererapa daerah lain di Indonesia.
“Kedelai lokal juga bisa diproduksi menjadi tahu maupun tempe. Untuk pembuatan tahu memilih kedelai panenan baru karena pathi yang dihasilkan lebih banyak dan untuk tempe memilih kedelai panenan lama karena dapat mengembang,” ujar Bu Sri.
Menurutnya, persediaan kedelai masih aman. Permintaan pasar masih stabil ada di kisaran 80 sampai 100 ton per bulan. Beberapa waktu terakhir ada kenaikan harga disebabkan pengaruh harga di negara asal dan gagal panen.
Mendapatkan kedelai langsung dari gudang di Semarang, Jawa Tengah dengan kisaran harga antara Rp 10 ribu sampai Rp 11 ribu per kg. Untuk harga sampai di konsumen ada kenaikan di kisaran antara Rp 100 sampai Rp 200 untuk biaya transportasi dan tenaga muat - bongkar.
“Tidak ada permain harga kedelai di tingkat pedagang. Terakhir menjual sampai ke pembeli sekitar Rp 11.200 per kg. Sebenarnya kedelai tidak langka tetapi dari Amerika asal kedelai, gagal panen,” katanya.
Sementara Bu Ning pedagang hasil bumi Toko Bu Ning Sentolo mengaku ada penurunan permintaan kedelai sejak harga di pasaran merangkak naik. Penurunan permintaan diperkirakan akibat sebagian perajin berhenti memproduksi tahu maupun tempe.
Sebelum ada kenaikan, katanya harga kedelai sekitar Rp 9.000 per kg. Harga setiap hari berubah ada kenaikan antara Rp 100 sampai Rp 200 per kg hingga mencapai harga tertinggi sekitar Rp 11.000 per kg.
“Kenaikan harga ini berdampak omset mengalami penurunan. Sementara sebagian perajin berhenti membuat tahu atau tempe. Harapan harga kedelai bisa turun dan pasaran kedelai normal kembali,” ujar Bu Ning di Toko Bu Ning Sentolo, Siwalan, Kalurahan/Kapanewon Sentolo.***