.
Ustadz Muhammad Harowi menyampaikan tauziah. (PM-ist)
Patmamedia.com (SLEMAN) — Bulan Rajab menjadi momen penting dalam kalender Islam untuk menanam benih kebaikan dan memperbaiki kualitas ibadah. Hal ini disampaikan oleh Ustadz Muhammad Harowi, pengasuh Pondok Pesantren Salafiyyah Hidratul Anwar Kanoman Boyolali, dalam pengajian di Masjid Al Ikhlas, Tegalrejo Tapanrejo, Maguwoharjo beberapa hari lalu.
Dalam tausiyahnya, Ustadz Harowi menjelaskan bahwa bulan Rajab merupakan bulan mulia yang dimiliki Allah, sedangkan bulan Sya'ban adalah bulan milik Nabi Muhammad SAW, dan bulan Ramadhan diperuntukkan bagi umat Nabi Muhammad. Menurutnya, Rajab adalah waktu yang tepat untuk memperbanyak silaturahmi, memperbaiki ibadah, saling memaafkan, dan menghindari permusuhan.
"Pada bulan Rajab, kita menanam benih ibadah kebaikan. Bulan Sya'ban menjadi waktu untuk memupuk dan merawat ibadah tersebut, dan di bulan Ramadhan, kita akan menuai hasil amal kebaikan dengan mendapatkan pahala yang berlipat ganda," ujarnya.
Ustadz Harowi mengajak jamaah untuk senantiasa memanjatkan doa: "Allahumma barik lana fi Rajaba wa Sya'bana wa balighna Ramadhana" yang berarti, "Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya'ban, serta pertemukan kami dengan bulan Ramadhan."
Dalam ceramahnya, Ustadz Harowi juga mengutip hadis riwayat Ibnu Mas'ud yang menyebutkan bahwa ibadah paling dicintai Allah adalah salat tepat waktu, berbakti kepada orang tua, dan berjihad di jalan Allah. Menurutnya, pengertian jihad saat ini tidak selalu dengan angkat senjata, melainkan bisa dilakukan dengan mengikuti pengajian untuk menambah ilmu dan meningkatkan kualitas ibadah.
Selain itu, Ustadz Harowi juga mengingatkan pentingnya peristiwa Isra' Mi'raj yang terjadi pada 27 Rajab. Peristiwa ini menjadi tonggak penting dalam Islam karena Nabi Muhammad SAW menerima perintah salat lima waktu yang awalnya diwajibkan sebanyak lima puluh kali.
"Salat adalah ibadah pokok. Ketika nanti dihisab, jika salatnya baik maka baik pula seluruh amalnya. Namun, jika salatnya buruk, maka buruk pula semua amal yang dilakukan," tegas Ustadz Harowi.
Ia menambahkan bahwa menurut Imam Ghazali, mencapai kekhusyukan dalam salat bukanlah hal yang mudah. Namun, usaha memperbaiki salat harus terus dilakukan dengan tuma’ninah atau ketenangan hati. Ketika sujud, kepala yang menjadi sumber dari segala dosa berada pada posisi terendah, menjadi simbol ketundukan seorang hamba kepada Allah SWT.
Pengajian tersebut turut dihadiri oleh Mbah Wanto, anggota DPRD Kabupaten Sleman, serta ketua dan pengurus takmir Masjid Al Ikhlas bersama warga masyarakat Tegalrejo dan Tapanrejo.
Di akhir ceramahnya, Ustadz Harowi menutup dengan pesan: "Mari kita manfaatkan bulan Rajab ini dengan memperbanyak amal kebaikan, memperbaiki ibadah, dan mempererat silaturahmi. Semoga kita semua dipertemukan dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan penuh berkah." (atm)