.
Nurohman, pengelola puluan server di luar negeri. (PM-Roberto Gusta)
Kulonprogo (PM) – Pekerjaan Nurohman (33), seorang pemuda warga Kalurahan Banyuroto, Kapanewon Nanggulan, Kabupaten Kulonprogo terkuak setelah beberapa hari terakhir menjadi trending topik di media sosial.
Setelah menyelesaikan pendidikan terakhir di SMKN 2 Pengasih sekitar 15 tahun lalu, banyak orang mengira dia adalah pengangguran. Jarang berpergian ke luar rumah. Dalam kesehariannya lebih banyak tinggal di kamar sederhana memandangi layar komputer.
Nurohman berterus terang setelah banyak media memberitakan dirinya dan menjadi topik pemberitaan di media sosial. Yang bersangkutan bekerja sebagai teknisi infrastruktur untuk perusahaan bidang Internet of Thing (IoT) di Singapura.
Sebuah perusahaan tehnologi informasi yang fokus pada engineering robotic dan otomatisasi seperti smart home, smart hotel dan smart airport. Salah satu tugasnya mengelola server, menjaga keamanan data center dan kelancaran kinerja server.
Server merupakan suatu sistem komputer yang memiliki layanan khusus penyimpanan data beragam jenis dokumen dan menyediakan informasi untuk pengguna atau pengunjung. Server boleh dibilang merupakan tempat yang berisi berbagai macam data yang dibutuhkan klien.
Nurohman mengaku mengelola sekitar 50 server yang ada di Singapura, berbagai negara di Eropa dan di Amerika. Untuk kelancaran kinerja puluhan server tersebut dia kendalikan dari komputer di kamar yang ditempati Nurohman.
“Untuk keamanan dan kestabilan kinerja server sudah dipindahkan di Singapura. Jika terjadi gangguan masih ada server back up berada di salah satu negara di Eropa,” tutur Nurohman.
Setelah menyelesaikan pendidikan sekolah kejuruan, katanya sempat bekerja di perusahaan penyedia ISP (Internet Service Provider) sekitar tahun 2011. Keluar dari pekerjaan ISP, belajar mendalami pemrograman dan mulai berani mengajukan proposal pembuatan proyek secara online.
Dari situ Nurohman dipertemukan dengan Samuel, pengusaha IoT dari Singapura. “Setelah dianggap mampu sejak 2018 sampai sekarang, Pak Samuel mengajak saya bergabung di perusahaannya,” jelasnya.
Orangtua Nurohman, Sunardi dan Sanikem menyatakan tidak mengetahui pekerjaan anaknya. Yang diketahui keseharian hanya melihat Nurohman lebih banyak di depan layar komputer, seperti sedang bermain-main.
Sanikem mengatakan tidak menghiraukan anaknya dikatakan pengangguran. Keseharian di kamar memandangi layar komputer. Bahkan sampai ada tetangga menyarankan agar Nurohman melamar pekerjaan di pabrik atau pekerjaan lain.***w