Platinum

Gelar Seni Ala Sanggar Kopi Maknyak, Begini Ceritanya

Sih Utami
30 May 2023
.
Gelar Seni Ala Sanggar Kopi Maknyak, Begini Ceritanya

Salah satu pertunjukan yang memukau puluhan pengunjung di Sanggar Kopi Maknyak. (PM-Utami)

Pasuruan (PM) -- Sanggar Seni Kopi Maknyak kembali menggelar pertunjukan seni kontemporer bertajuk Pengakuan Cinta Rahwana pada 28 Mei 2023 malam. Iin Wijanarko, selaku pendiri dan pemilik sanggar menuturkan jika pagelaran itu diadakan sebagai wadah kreativitas para seniman sekaligus ajang asah mental bagi anak-anak sanggar.

Sanggar yang berlokasi tidak jauh dari Candi Jawi,  Prigen-Pasuruan itu didirikan sejak tahun 2010.  Sanggar Kopi Maknyak melatih tidak kurang dari tiga puluh anak dari berbagai daerah. Tarian Emprak dan Ujung Alit menjadi andalan sanggar milik wanita cantik lulusan Sastra Indonesia itu.

Pagelaran yang berlangsung mulai pukul 19.30-22.00 WIB itu menarik minat warga setempat. Acara terasa segar ketika dibuka dengan celetukan-celetukan lucu khas dalang wayang Blang Bleng. Dalang nyentrik asal Temanggung, Jawa Tengah itu mampu menghidupkan suasana malam sembari menyelipkan pesan moral lewat dialog ringan para Punokawan. Di tangan dalang yang sudah melanglang pelosok negeri dengan gayanya yang sederhana, kesan kaku wayang menjadi luntur. Pitutur Jawa yang selama ini asing di telinga anak-anak menjadi hal yang mudah diterima.

Baca juga: Perjuangan Cinta Rahwana Menggaet Dewi Shinta di Sanggar Kopi Maknyak

Suasana semakin meriah ketika anak-anak sanggar menunjukkan kebolehannya menari Emprak dan Ujung Alit. Gerak lincah mereka menghentak lantai sanggar dan mengundang decak kagum penonton.

Seolah tahu kapan harus mendinginkan suasana, Mama Ut, pendongeng relief Candi Borobudur dari komunitas Mitra Kebajikan Nusantara, Sekolah Budaya Nittramaya, Jateng ditampilkan untuk menyampaikan pesan moral melalui dongeng anak.

Kisah Bhuridatta, Pangeran Naga yang sabar dituturkan dengan bahasa santai. Sang pendongeng sekaligus penulis ulang relief Candi Borobudur itu memberi contoh kisah teladan kesabaran dari Bhuridata, Pangeran Naga.

 

Pagelaran itu juga dimeriahkan para seniman dari kota Malang hingga Surabaya. Diantaranya grup ludruk Totok Topeng asal Surabaya yang tak henti menguras gelak tawa penonton.

Penari kebanggaan kota Surabaya, Sri Mulyani juga turut mengisi acara. Dengan gayanya yang khas, sang penari memberi wejangan kepada anak-anak agar tampil percaya diri dan tidak lelah mengasah kemampuan. Obrolan hangat dengan tokoh seni, Arif dan Ki Damang dari Kampung Seni Polowijen, Malang, membuka kesadaran tentang pentingnya menjaga warisan budaya. 

Penampilan para seniman Winarto Ekram dari Malang Dance menjadi puncak acara sekaligus penutup pagelaran. Teater tari bertajuk Pengakuan Rahwana yang diadaptasi dari kumpulan puisi Kemelut Cinta Rahwana karya Djoko Saryono itu disuguhkan dengan sangat apik oleh para pemain.   

"Harus ku akui, cinta Rahwana lebih agung daripada cinta Rama." Penggalan kalimat dari salah satu puisi sekaligus dialog dalam kisah itu selaras dengan kisah yang menceritakan tentang pengakuan cinta Rahwana yang agung dan tulus kepada Dewi Shinta. Namun, dalam perjalanan ceritanya tetaplah rahwana dikenal sebagai penculik Dewi Shinta. ***

Editor: Wijatma Tusta

Griting

Baca Juga