.
Melati Soedjarwo (baju hitam) dalam parade di Jogja Fashion Week 2021. (PM-IST)
KITA Muda Kreatif yang berafiliasi pada badan dunia UNESCO, belakangan gencar mendorong para pelaku industri kreatif, termasuk di dalamnya para perancang busana yang tengah berusaha mengembangkan karier. Mereka diarahkan dan dibimbing secara intensif.
Karena masih dalam situasi pandemi Covid-19, kebanyakan bimbingan itu dilaksanakan secara virtual. Baik berupa seminar, tutorial, loka karya atau apa pun namanya, diselenggarakan secara virtual.
Setahun terakhir, Melati Soedjarwo, fashion designer muda dari Klaten bergabung dengan Kita Muda Kreatif. Selama kurun waktu tersebut, perempuan 32 tahun itu mengaku mendapatkan banyak sekali input. Baik berupa pemahaman tentang teknik rancang busana, industri fashion secara umum, maupun asah kepekaan terhadap bahan busana yang memiliki nilai tambah.
Melati Soedjarwo yang sebelumnya telah berketetapan memilih wastra, khususnya lurik, sebagai media ekspresi dalam berkarya, serasa mendapatkan wadah yang tepat, mengingat Kita Muda Kreatif juga menekankan pada optimalisasi pemanfaatan wastra.
"Selama masa pandemi, saya sering mengikuti seminar yang diselenggarakan Kita Muda Kreatif lewat Zoom. Terkadang melibatkan desainer dari kawasan Asia. Di situ kita saling bertukar pengetahuan dan memperkenalkan kekayaan kain etnik masing-masing untuk berkembang bersama," ungkapnya.
Meski Kita Muda Kreatif tidak hanya mengampu kinerja fashion designer, tetapi juga para perajin yang menghasilkan aneka produk kerajinan, keterlibatan desainer dalam organisasi ini tampak menonjol. Sebab, produk yang dihasilkan perajin acapkali juga mendukung produk yang dibuat perancang busana. Misal, dalam satu fashion show, desainer membutuhkan aksesoris pelengkap penampilan model. Mulai dari kalung, anting, topi, tas dan sebagainya.
Kinarya Melati Soedjarwo bersama Kita Muda Kreatif terakhir kali dipresentasikan secara akbar pada Jogja Fashion Week 2021 yang berlangsung di Jogja National Museum akhir November lalu. Dalam event tersebut, Melati Soedjarwo menampilkan sederetan karya rancang busana yang dikemas dalam tema 'Casual Freedom'. Selaras judulnya, karya-karya Melati didominasi busana kasual yang wearable. Menggambarkan kebebasan. Artinya, busana bisa dikenakan dalam berbagai kesempatan. Baik untuk ke kantor, hangout, atau pun menghadiri acara semiresmi. Menggunakan wastra lurik dipadupadankan dengan batik sogan khas Bayat, Klaten, yang didominasi warna indigo.
Pada 13 Januari mendatang, rencananya karya-karya Melati Soedjarwo juga akan dipresentasikan di area Yogya International Airport. Dalam pergelaran ini Melati tercatat sebagai salah satu perancang yang ditunjuk Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Jawa Tengah.
Setelah sebelas tahun mengecimpungi dunia rancang busana, Melati Soedjarwo mulai merintis rebranding lewat label 'Ayunee'. Produk secondline yang inklusif namun tetap fashionable. Diperuntukkan kalangan perempuan muda, usia 20 hingga 40 tahun. Juga menganggit baju-baju ready to wear yang lebih dinamis, tidak terikat pada pemanfaatan wastra.***
Melati Soedjarwo (baju hitam) dalam parade di Jogja Fashion Week