.
Puri dan hasil seni kerajinan gelas tiup dipadan kayu kopi. (PM-Esti Susilarti).
TERNYATA, banyak cerita sukses dan inspiratif sebagai hikmah di balik pedihnya tragedi pandemi Covid-19 dua tahun terakhir ini. Sosok yang sukses lantaran mampu bertahan hidup – baik secara fisik karena bertahan dari serangan ganasnya virus – maupun secara ekonomis, pastilah mereka yang benar-benar tangguh menghadapi kehidupan.
Puri Permatasari,, perempuan bertubuh mungil ini, salah satu dari sekian banyak orang yang dapat mengambil hikmah dari pandemi Covid-19. Saat ini dia sedang menuju puncak bisnis baru, yakni kerajinan hiasan gelas tiup dipadan limbah kayu kopi yang sangat artistik. Atau akuarium unik dengan dasaran akar kayu.
Benda seni ini sangat cocok untuk menghiasi rumah sebagai dekorasi interior yang artistic. Dapat pula diisi ikan gupy, ikan cupang dan tanaman hias.
“Ide ini muncul sejak dua tahun lalu, ketika semua bidang dihajar virus Covid-19,” ujar Puri kepada patmamedia.com, di sela pamerannya di Sleman City Hall (SCH), belum lama ini. Semula, Puri dan suaminya Andreas Fierdian, mengelola bisnis binatu (laundry) khusus untuk hotel. Banyak hotel di Yogyakarta yang menjadi langganan rumah laundry Puri.
Ketika bisnis hotel ‘tiarap’ akibat pandemi yang kemudian melarang perjalanan wisata, otomatis Puri sangat terdampak. Apalagi telanjur ambil segmen laundry untuk hotel. Untuk banting haluan ke laundry umum, merasa kurang sreg.
Ketika situasi mengharuskan orang tinggal di rumah, termasuk work from home (WFH), sekolah juga online muncul trend hobi baru. Antara lain tanam-menanam. Baik bertanam buah, sayuran maupun tanaman hias. Ada juga hobi akuarium, beternak ikan, ayam, burung.
Trend ini ditangkap oleh Puri dan Andreas. Dia dan suami memulai kerajinan akuarium unik dengan dasaran akar kayu, di bawah brand Jogjaglassonwood dengan tagline gardening with Andrea. Karya yang dihasilkan sangat unik. Gelas atau pot kaca menempel pada potongan kayu yang abstrak. Fungsi pot kaca ini, dapat sebagai tempat tumbuh kaktus, ikan hias bahkan untuk media memelihara penyu.
Cara membuatnya pun rumit. Gelas selagi masih lunak, ditiup. Kemudian dipasangkan pada sepotong kayu kopi. Dengan demikian, benda yang dihasilkan sangat eksklusif karena tak ada duanya. Dalam perkembangannya, gelas atau pot beragam ukurannya. Ada yang kecil, sedang, besar Bahkan ada pot bercabang dua. Semua memiliki nilai estetika yang tinggi.
“Tanaman jenggot musang ini sedang sangat disukai karena medianya angin. Cukup ditaruh di gelas kayu ini, hanya disiram dua minggu sekali,” kata Puri.
Seni padanan gelas-kayu ini, makin dikenal khalayak. Harga juga terjangkau. Sangat indah untuk koleksi pribadi atau suvenir. Puri serius berkarya di seni gelas-kayu ini. Untuk itu, dia mengaku tekun dan focus Kelola bisnis baru ini. Salah satu caranya, aktif menebar informasi karya terbaru melalui media sosial, maupun mengikuti pameran. Terus melebarkan pemasaran, yang kini telah merambah kota-kota besar di Indonesia, bahkan sampai Papua. Juga sedang berembug dengan beberapa pebisnis dari luar negeri.
Saat ini, dia juga mulai berkolaborasi dengan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Gadjah Mada (UGM), memasarkan pupuk alami yang dibikin dari urine kelinci dicampur fermentasi limbah buah-buahan. “Ini laku keras seiring kesadaran masyarakat menggunakan hal-hal yang serba alami,” tambah Puri.
Puri berpesan bagi yang hendak memulai bisnis, jangan mudah menyerah. “Dimana ada kemauan di situ ada jalan,” ujarnya. ***s