.
Jamak Untoro dengan latar belakang Taman Luku Resto. (PM/ Nadi Mulyadi)
Sleman(PM)-- Sebuah restoran bergaya Jawa berdiri asri di seberang Kampus Terpadu Universitas Islam Indonesia (UII) Jalan Kaliurang, Km 14,5 Yogyakarta. Tak banyak orang tahu, bahwa restoran di atas lahan seluas 5.000 meter persegi itu sebelumnya merupakan lahan kosong tak terurus yang tiap hari dijadikan tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA).
Tak tampak jejak jika tempat itu bekas TPSA yang kumuh, bahkan kerap jadi sasaran protes warga yang merasa terganggu. Keberadaannya yang tidak dikehendaki oleh warga, mendorong Kepala Dusun Lodadi, Umbulmartani, Ngemplak, Sleman, Jamak Untoro, bertekad mengubahnya menjadi yang membanggakan warganya.
Pak Dukuh tidak mau pusing lagi mendengar protes para warganya karena polusi yang bersumber dari sampah yang menggunung. Maklum, lokasi TPSA itu terdapat komplek perumahan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan tempat kost para mahasiswa yang kritis terhadap kesehatan lingkungan.
Berkat ketekunan dan insting bisnisnya yang tajam, tahun 2018 tempat kumuh itu disulapnya menjadi sebuah rumah makan yang indah, bernama Taman Luku Resto. Sebuah restoran taman bernuansa pedesaan yang menawarkan aneka menu tradisional Jawa.
Restoran itu dibangun sewaktu Jamak Untoro masih menjabat sebagai Kepala Dusun Lodadi. Mengandalkan tekatnya yang bulat dibantu warga dan pamong setempat, dalam waktu tiga bulan, tempat kumuh telah berubah menjadi sebuah destinasi kuliner yang menakjubkan.
Menurut Jamak Untoro, nama Taman Luku sengaja digunakan untuk menguatkan kesan suasana pedesaan terhadap restorannya. Sesuai dengan konsepnya sebagai rumah makan pedesaan yang menyajikan aneka menu tradisional Jawa.
Luku adalah alat tradisional bertenaga kerbau yang digunakan untuk membajak atau mengolah tanah sawah sebelum menjadi hamparan siap tanam. Merupakan salah satu peralatan pokok bagi petani jaman dahulu dalam bekerja, hingga kemudiian diijadikan nama sekaligus simbol restorannya.
"Kita ingin mengabadikannya dalam bentuk nama dan wujud aslinya, agar masyarakat luas mengenal apa itu luku. Sebuah benda yang pernah jadi salah satu alat terpenting dalam perjalanan sejarah pertanian di negeri ini," kata Jamak kepada Patmamedia.com, di restorannya Jalan Kaliurang.
Restoran itu akhirnya berkembang pesat. Namun Jamak tak pernah melupakan bagaimana rumitnya awal Taman Luku Resto berdiri tahun 2018. Dengan modal pas-pasan hasil tabungan istri, bersama enam karyawan meraba-raba membangun pasar. Beberapa bulan kemudian ketika restoran ini mulai dikenal, gelombang pandemi datang dan hampir menggulungnya.
Tapi Jamak Untoro tidak mau menyerah. Berbagai upaya dilakukan agar restoran tetap bisa buka tiap hari meski sepi pembeli. Bahkan ia pernah beberapa bulan terpaksa memberikan hak gaji karyawan hanya 75 persen agar bisnis bisa bertahan.
"Alhamdulilah selama pandemi kami tidak sampai mengurangi jumlah karyawan. Dan tiap hari restoran buka seperti biasa, karyawan pernah menerima gaji hanya 75 persen. Syukurlah sekarang mereka sudah menerima gaji penuh," jelas lelaki yang suka humor ini.
Sektor bisnis yang kembali menggeliat seiring mengendornya masa pendemi, membuat usaha milik Jamak pun ikut bangkit. Ia juga mennggandeng banyak mitra kerjà untuk melebarakan pasar, termasuk insan pariwisata dan biro perjalanan. Hasilnya? Omzet yang awalnya 50-100 juta perbulan, sekarang meningkat mencapai 300 juta perbulan
"Alhamdulilhah, kerja sama yang baik dengan dengan para mitra telah membuahkan hasil yang bagus. Lebih membanggakan lagi bagi kami bisa memberikan kesempatan kerja bagi warga terdekat," ungkap pria kelahiran 15 Agustus 1969 ini, mengakhiri obrolan.***
Editor: Muh Sugiono