Kampanyekan Gerakan Ibu Memanggil Pulang, Polda DIY Tekan Klitih Melalui Kepedulian Ortu
Nadi Mulyadi
28 March 2023
.
Foto: Dialaog Ramadan bertema 'Mewujudkan Masyarakat Yogyakarta Tertib, Aman Damai' di kantor PWI DIY. (PM-Istimewa)
YOGYAKARTA (PM) - Pemberatasan kejahatan tidak melulu dilakukan melalui pendekatan penindakan, melainkan perlu diupayakan pencegahan (preemtif dan preventif) agar masyarakat tidak menjadi korban kejahatan maupun pelaku kejahatan. Selain itu akar persoalannya juga harus diselesaikan yang itu membutuhkan peran aktif semua elemen masyarakat, pemerintah, aparat keamanan, masyarakat dan keluarga.
Demikian benang merah yang dapat ditarik dari Dialog Ramadan bertema 'Mewujudkan Masyarakat Yogyakarta Tertib, Aman dan Damai' yang diadakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) DIY di Aula Kantor PWI DIY, Jalan Gambiran 45 Yogyakarta, Selasa (28/3/2023).
Dialog menghadirkan dua narasumber yaitu Kapolda DIY Irjen Pol Suwondo Nainggolan SIK MH dan Anggota DPD RI Drs HM Afnan Hadikusumo dipandu moderator Ketua PWI DIY Hudono SH. Usai dialog dilanjutkan dengan buka puasa bersama.
Kapolda menuturkan, institusi kepolisian saat ini tengah melaksanakan perubahan paradigma sistem keamanaan di masyarakat yang mengedepankan pola preemtif melalui pemberdayaan kelompok masyarakat, seperti pelatihan teknisi bengkel, budidaya ayam, kompetisi entreprenur dan lainnya. Ini dimaksudkan mencegah masyarakat menjadi pelaku kejahatan.
"Kalau perekonomian (sektor UMKM) meningkat, banyak terbuka lapangan pekerjaan, maka kebutuhan hidup terpenuhi. Hal ini tentu menguntungkan untuk keamanan. Kalau pola preemtif ini masih belum sempurna maka akan disempurnakan dengan pola preventif, kemudian upaya terakhir baru disempurnakan melalui penegakan hukum yang sempurna," katanya.
Menurut Kapolda, pola (preemtif dan preventi) seperti diatas sudah tersedia untuk mencegah kejahatan seperti pencurian dan penganiayaan. Sedangkan pola pencegahan untuk kejahatan jalanan 'klitih', kata Kapolda, sampai saat ini belum tersedia, karena baru dirumuskan oleh tim ahli.
"Oleh karena itu, untuk menahan agar angka kejahatan jalanan tidak melonjak, pihaknya menggencarkan upaya preventif melalui patroli dan razia, sampai konsep/pola preemtif untuk klitih selesai dirumuskan," katanya.
Lebih lanjut dikatakan Kapolda, pihaknya saat ini juga terus mengkampanyekan gerakan bersama kepedulian orang tua bertajuk 'Ibu Memanggil Pulang', hasil dari masukan berbagai pihak. Menurutnya, melalui gerakan ini para orang tua diminta peran aktifnya untuk mengawasi secara ketat anak-anaknya agar tidak terlibat dalam kejahatan jalanan. Sementara pelaku klitih yang tertangkap terus dilakukan pembinaan.
"Semua ini kita lakukan bersama untuk mencegah agar kejadian kejahatan jalanan tidak bertambah. Orang tua berperan aktif mengawasi anaknya, kepolisian juga menggencarkan patroli dan razia sampai konsep preemtif untuk kltihih dihasilkan. Semoga ketika sudah ada pola pencegahan/preemtif, problem kejahatan jalanan ini bisa diselesaikan dengan tuntas," harapnya.
Afnan Hadikusumo mengatakan, DIY saat ini menjadi barometer nasional untuk pariwisata dan pendidikan. Sehingga menjadi tantangan bagi aparatur pemerintahan dan keamanan di DIY untuk menghadirkan keamanan, ketertiban, kebersihan dan penerangan. Terkait, fenomena klitih dan kejahatan yang lain, menurut Afnan, muncul sebagai implikasi permasalahan yang ada di masyarakat.
"Pendekatan humanis dalam menekan angka kejahatan dan persoalan sosial, seperti dengan mengurangi kemiskinan, pengangguran dan membuka lapangan pekerjaan adalah langkah tepat. Upaya ini tidak hanya menjadi tanggung jawab kepolisian tapi juga penyelenggara pemerintahan yang lain, termasuk peran aktif masyarakat dan keluarga," katanya.
Sementara itu Hudono menambahkan, dalam dialog muncul usulan-usulan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan di Yogyakarta, termasuk masalah klitih ini. Antara lain relasi orang tua dan anak harus betul-betul terbangun dengan baik. Orang tua jangan abai ketika anaknya masih keluyuran terutama pada jam malam.
"Saya sangat mengapresiasi gerakan 'Ibu Memanggil Pulang', karena diketahui permasalah klitih ini salah satu penyebabnya adalah ketidakpedulian orang tua kepada anaknya. Kalau orang tua peduli dan anaknya terpantau dampaknya akan positif, tidak ada anak-anak yang keluyuran malam-malam," katanya.
Menurut Hudono, usulan lain juga muncul terkait formulasi menekan angka klitih, salah satunya diperbanyak ruang publik agar anak-anak/remaja bisa berekspresi melalui kegiatan positif. "Akar permasalah kemiskinan juga harus dituntaskan, Yogya ini kan punya banyak SDM pemikir dari perguruan tinggi yang bisa berkontribusi merumuskan untuk menyelesaikan masalah kemiskinan ini," katanya. (*)