Platinum

Kelangkaan Angkutan Andong Yang Terancam Punah

Roberto Gusta
29 June 2022
.
Kelangkaan Angkutan Andong Yang Terancam Punah

Satu-satunya angkutan andong yang masih berjalan di Pasar Bendungan. (PM-Roberto Gusta)

Kulonprogo (PM) – Kendaraan angkutan umum bertenaga kuda yang dikenal dengan sebutan andong atau dokar sudah menjadi sarana transportasi langka. Kendaraan tradisional ini bisa dikatanya hanya menjadi bahan cerita bagi para orangtua kepada anak cucunya.

Setelah mutar-mutar keliling di wilayah Kabupaten Kulonprogo, hanya menemukan satu kendaraan andong yang masih berjalan membawa barang dan penumpang. Berjalan hanya pagi hari pada hari pasaran Kliwon dan Pahing, yaitu di Pasar Bendungan.

Tukirin (66) warga Pedukuhan 3, Kalurahan Depok, Kapanewon Panjatan merupakan pemilik sekaligus kusir andong yang sampai sekarang masih setia menjalankan andong, tiap hari pasaran Kliwon dan Pahing. Andong diperkirakan akan punah setelah dirinya tidak mampu lagi menarik andong.

“Sudah tidak ada generasi penerus yang akan melanjutkan bekerja menarik andong. Anak-anak sudah berumah tangga dan mempunyai pekerjaan sendiri-sendiri,” tutur Tukirin seusai ngombor kuda sehabis menarik andong.

Banyak andong dijumpai dan pernah mengalami kejayaan sekitar 1980-an. Jumlahnya dari waktu ke waktu terus berkurang. Transportasi tradisional kalah  bersaing dengan motor, mobil pribadi atau angkutan umum.

Meskipun tiap rumah tangga memiliki motor, kata Tukirin masih ada warga memilih naik andong. Terutama pedagang ke Pasar Bendungan yang menjadi penumpang pelanggan tetap melakukan antar – jemput, tiap pasaran Kliwon dan Pahing.

Menurutnya, pendapatan dari menarik andong tidak bisa untuk menutup biaya operasional, perawatan dan pemeliharaan untuk andong maupun kuda. Masih bertahan menjalankan andong karena sejak muda sudah menyenangi pekerjaan tersebut.

Tertarik andong, katanya sejak masih SMA di 1987 sering ikut membantu saudaranya menjalankan andong. Pendapatannya cukup besar. Setelah lulus sekolah menjalankan andong sendiri dari pemberian orangtuanya.

“Sudah sekitar 35 tahun, dari belum berkeluarga sampai memiliki cucu, menjalankan andong. Walaupun sepi penumpang dan penghasilan kecil tetap dijalani. Masalah rejeki sudah ada yang ngatur,” katanya.

Sepengetahuan Tukirin masih ada beberapa andong di Kulonprogo. Sebagian pemilik tidak menjalankan lagi. Kuda masih ada tetapi tidak dimanfaatkan sehingga keseharian hanya diberi makan saja.

Ada juga yang difungsikan menjadi andong pariwisata beroperasional di tempat wisata atau keliling kampung. “Saya masih sering diminta menjemput penumpang dari Stasiun Wates atau penumpang bus. Turun dari bus sampai kampung naik andong,” tambahnya.***

Griting

Baca Juga