.
Mbah Jawahir duduk di depan pohon kelapa yang tumbang diterjang angin kencang. (PM-Roberto Gusta)
Kulonprogo (PM) - Seorang kakek Darmo Pawiro (90) hanya pasrah ketika hujan lebat disertai petir dan angin kencang yang menerjang rumah tinggalnya di Pedukuhan Sigran, Kalurahan Tirtorahayu, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulonprogo.
Hujan lebat disertai petir dan angin kencang terjadi sekitar pukul 17.00, Rabu (8/6) lalu . Dua batang tanaman tirisan atau pohon kelapa berdiameter sekitar 40 centimeter di samping rumahnya ikut tumbang. Satu batang tanaman menimpa bekas bangunan rumah bagian depan.
Satu batang lagi menimpa atap serambi rumah belakang yang ditempati Darmo Pawiro. Sedangkan rumpun tanaman bambu di belakang rumah yang terkena angin kencang mengosak-asik atap genting. Sebagian batang tanaman bambu menimpa di atap rumah. Genting berserakan dan sebagian pecah berjatuhan di dalam dan di luar rumah.
Mbah Jawahir, -panggilan akrab Darmo Pawiro-, duduk di kursi bambu sambil memandangi akar batang pohon kelapa mengisahkan angin kencang yang memporak-porandakan atap rumahnya. Pada saat hujan lebat sedang tiduran di dalam rumah.
Dari dalam rumah hanya bisa mendengar samar-samar suara gemuruh dari luar rumah. Di dalam rumah gelap tidak dapat melihat apa-apa karena lampu listrik dari PLN mati.
Selain mendengar suara gemuruh, katanya air hujan masuk ke rumah membasahi tempat tidur dan barang-barang perabotan. Ada salah satu tetangga yang datang ke rumah, baru mengetahui dua pohon kelapa samping rumah tumbang.
Salah satu batang menimpa tembok di balik tempat tidurnya. “Bersyukur masih dilindungi Tuhan. Saya tolak ajakan tetangga karena khawatir akan merepotkan di rumah tetangga,” tutur Mbah Jawahir.
Salah satu keponakan Mbah Jawahir, Rusidah mengungkapkan Mbah Jawahir tinggal di rumah sendirian. Istrinya sudah meninggal dunia sekitar empat tahun lalu. Sedangkan anak-anaknya sudah berkeluarga, tinggal di wilayah Medan, Sumatera Utara.
Karena usia sudah lanjut, katanya Mbah Jawahir kesulitan untuk berjalan dan pendengaran berkurang. Untuk kebutuhan makan, minum dan keperluan lainya dikirim dari saudara dan tetanga terdekat.
“Sudah berulang kali diajak tinggal ke rumah tetapi selalu tidak mau. Alasannya, tidak mau merepotkan orang lain jika ingin buang air kecil atau keperluan lain,” tutur Rusidah warga Barahan, tetangga Pedukuhan Sigran, Kalurahan Tirtorahayu.
Ukuran rumah yang ditempati Mbah Jawahir sekitar 3 X 6 meter yang diperkirakan sebelumnya difungsikan menjadi dapur. Di dalam rumah tanpa ada sekat pemisah ruangan.
Rumah dalam kondisi rusak setelah ada terjangan angin kencang. Di sebelah rumah yang ditempati Mbah Jawahir terdapat bekas bangunan rumah. Sisa-sisa bangunan masih terlihat diperkirakan bangunan rumah utama.
“Setelah mengetahui kondisi rumah yang ditempati rusak, Mbah Jawahir diperkirakan bersedia diajak ke rumah. Jika tinggal di rumah, bisa mengawai dan merawat setiap saat,” tambahnya.***s