Platinum

Lia Mustafa, Membawa Busana sebagai Media Doa

Esti Susilarti
11 April 2022
.
Lia Mustafa, Membawa Busana sebagai Media Doa

Karya Lia Mustafa, dominasi hitam-merah PM-Istimewa

KAIN linen, woven ( tenun)  dan lurik dieksplorasi oleh senior perancang busana Lia Mustafa  untuk dipresentasikan pada rangkaian Muslim Fashion Festival+ atau  Muffest+2022 di Hartono Mall, sessi Sabtu 9 April lalu. Lia mengambil tema ‘SeAkan’ pada 8 rancangan yang didominasi warna hitam –merah dan putih.

Mengapa hitam dan putih? Menurut sang perancang,  warna ini mengingatkan pada makam (kubur)  dan putih adalah kafan yang membungkus jasad. Sedang merah,agaknya dimaksudkan untuk menggambarkan darah – perlambang hidup dan kehidupan di dunia yang gegap gempita.

Tema ‘SeAkan’ tampil sebagai doa. Kesenioran Lia Mustafa, mampu mengangkat karyanya sebagai media doa yang menjadi ‘jembatan’ antara manusia dengan Sang Maha Pencipta. Diakui  Lia, ide ini memang lahir dari tarian Sufi. Yakni tarian sekaligus bentuk  meditasi aktif secara fisik yang berasal dari kalangan Sufi dan masih dipraktikan oleh ordo Dervish dan Mevlevi Sufi.

“Tarian tersebut merupakan sebuah tarian yang ditampilkan bersama dengan Sema atau upacara sembahyang,” papar Lia Mustafa.

Dia menggambarkan tari Sufi dilakukan sambil berputar, lengan penari terbuka dengan tangan kanannya diarahkan ke langit, mewakili kesiapannya untuk menerima kebaikan Tuhan. Sedang tangan kiri penari itu berbalik ke arah bumi, mewakili kesediaannya untuk menyampaikan karunia rohani Tuhan kepada mereka yang menyaksikan Sema. Juga dipercaya bahwa ketika berputar dari kanan ke kiri di sekitar jantungnya sendiri, para penari memeluk semua umat manusia dengan cinta, karena para Sufi percaya bahwa manusia diciptakan dengan cinta untuk mencintai. Sebuah kutipan oleh Rumi menyatakan bahwa, 'Semua cinta adalah jembatan menuju cinta Ilahi. Namun, mereka yang belum memiliki rasa itu tidak tahu. '

Ide warna hitam pada SeAkan, berasal dari warna jubah yang digunakan --  berwarna hitam sebagai perlambang atas kuburan dan warna putih dalam kemeja melambangkan kain kafan. Perpaduan warna hitam-putih, mengingatkan manusia pada kematian yang tak terduga.

Sedang karakter desain Turban yang dipakai pria, melambangkan rasa hormat dan menghargai. Jika ada pria yang bertukar turban, hal itu melambangkan persahabatan yang kekal. Sedangkan menghadiahkan turban kepada seseorang dianggap sebagai rasa percaya kepada orang tersebut.

Di beberapa negara, turban adalah aksesori penting yang tak terpisahkan dari beragam kebudayaan dan agama. Di beberapa daerah seperti Persia, Turki dan India, mengenakan turban menjadi salah satu kebudayaan yang masih terus dijaga. Di negara muslim, turban dililitkan setelah memakai topi atau peci , bahkan dalam perkembangannya, turban digunakan oleh para wanita pecinta fashion

Kenapa Tarian Sufi yang diambil?

“Sebagai rasa syukur dan doa yang terbaik bagi bangsa atau dunia ini untuk meninggalkan masa pandemi Covid-19 yang berkepanjangan ini,” kata Lia Mustafa pula. Tema SeAkan memberi semangat ‘seakan’  kita sudah terbebas dari pandemi ini  -- namun memang kita  harus bisa beradaptasi dengan pandemi ini

Delapan outfit terbaru Lia Mustafa juga menyiratkan doa, syukur dan berharap sesuatu kejadian akan berkah tak terduga akan datang. Ya, hidup ini penuh misteri. Tak tahu apa yang akan terjadi. Warna hitam dan putih, menjadi potret rahasia Tuhan. Warna merah, selalu penuh gejolak dalam dinamika kehidupan.

Begitulah Lia Mustafa selalu mempersembahkan kreasi yang penuh makna.***s

 

Griting

Baca Juga