Platinum

Lumbung Mataraman Berbasis Bisnis Berpotensi Hilangkan Nilai Budaya

Roberto Gusta
07 March 2022
.
Lumbung Mataraman Berbasis Bisnis Berpotensi  Hilangkan Nilai Budaya

Lurah Sendangsari, Suhardi, presentasi pelaksanaan kegiatan pembangunan pertanian terpadu. (Foto: PM-Roberto Gusta).

Kulonprogo (PM) – Pemerintah Kalurahan harus berhati-hati dalam melaksanakan kegiatan lumbung mataraman kalurahan berbasis bisnis,  karena bisa menghilangkan nilai budaya yang seharusnya dilestarikan dan dikembangkan.

Keharusan berhati hati tersebut terungkap dalam  dialog pada acara workshop mengawali pelaksanaan kegiatan BKK (Bantuan Kusus Keuangan) Mandiri Pangan oleh Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY di Balai Kalurahan Sendangsari, Kapanewon Pengasih, Kabupaten Kulonprogo, Senin (7/3).

Workshop yang diikuti unsur dari Pati Paniradya DIY, unsur OPD (Organisasi Perangkat Daerah) DIY dan Kulonprogo terkait,  menghadirkana nara sumber Muh Aris Nugroho (Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (DPP)) Kulonprogo, Suhardi (Lurah Sendangsari, Kapanewon Pengasih) dan Wahyudi Anggoro Jati (Lurah Panggungharjo, Kapanewon Sewon, Bantul).

Baca juga : Asosiasi Gapoktan: Stok Beras untuk BPNT Pusat Masih Aman

“Yang perlu menjadi catatan kalurahan harus berhati-hati melaksanakan kegiatan lumbung mataraman. Jangan sampai terjadi seperti di daerah lain, membangun pertanian berbasis pariwisata, justru pertanian mengalami kemunduran,” ujar salah satu peserta workshop.

Seperti diketahui,  lumbung mataram merupakan lumbung pangan hidup berbasis rumah tangga yang diharapkan dalam pengembangannya menjadi lumbung kalurahan, mendukung ketahanan pangan, kemandirian pangan dan kedaulatan pangan.

Wahyu Anggoro Jati menyatakan sangat memungkinkan melakukan kegiatan pembangunan kemandirian pangan kehilangan nilai-nilai budaya di wilayah itu. Untuk membangun kemandirian pangan harus mendasari agro culture, bukan berdasarkan agrobisnis.

Suhardi mengungkapkan untuk mewujudkan kemandirian lumbung mataraman, Kalurahan Sendangsari berencana melakukan kegiatan integrated farming atau pertanian terpadu di Pedukuhan Mrunggi yaitu dengan memanfaatkan keterkaitan dalam satu kawasan antara tanaman perkebunan, tanaman pangan, tanaman hortikultura, peternakan dan perikanan.

“Kegiatan ini untuk menjaga ketahanan pangan masyarakat dan mewujudkan kawasan korporasi usaha tani dari hulu sampai hilir," ujar Suhardi.

Adapun sumber anggaran dari Dais (Dana Keistimewaan) BKK Mandiri Pangan, dana desa, swadaya masyarakat dan Bumdes Sendangsari. Rencananya,  pengembangan pertanian terpadu dapat meningkatkan produksi pertanian dengan menerapkan teknologi tepat guna dan bisa menjadi wisata edukasi.***k

Griting

Baca Juga