.
Salah seorang pengunjung, Mutia Masugi: 'Monjali merupakan museum yang unik dan lengkap'.
Sleman, Patmamedia.com – Kerinduan masyarakat untuk melakukan perjalanan wisata setelah dua tahun lebih terkungkung di rumah akibat pandemi Covid-19, tampaknya akan segera mendapatkan salurannya menyusul semakin menurunnya tren pandemi pada penghunjung tahun 2021 lalu. Awal tahun 2022 ini tampaknya bisa menjadi momentum bagi setiap destinasi wisata nusantara kembali bangkit menyongsong luapan pengunjung.
Objek Wisata Monumen Jogja Kembali (Monjali) di Sleman, DIY, merespon prediksi positif itu dengan berbagai persiapan serius untuk meningkatkan kualitas kegembiraan dan manfaat bagi para pengunjung yang diperkirakan juga akan berbondong mengunjungi museum perjuangan tersebut. Maklum, Monjali bukanlah sekadar museum biasa. Museum ini dikenal masyarakat sebagai tempat yang unik. Selain di dalamnya menyimpan jejak perjalanan panjang perjuangan bangsa, di luar bangunan juga dilengkapi bermacam wahana permainan yang menyenangkan sebagai tempat wisata keluarga.
Gaya arsitektur bangunan museum yang dirancang berbentuk kerucut menyerupai tumpeng raksasa dan berada tepat di garis imajier antara Keraton Yogyakarta dan Gunung Merapi, konon juga sering menjadi bahan studi kalangan akademisi dari berbagai perguruan tinggi. Kelengkapan fasilitas wisatanya juga menjadikannya sebagai sebuah museum yang hidup, tidak seperti suasana museum kebanyakan bangunan yang cenderung terkesan kaku dengan deretan benda mati peninggalan masa lalu.
“Ini sebuah museum yang lengkap. Tempat pendidikan, jejak perjuangan sekaligus objek wisata keluarga yang menyenangkan,” ungkap Mutia Masugi (37), pengunjung wanita asal Sidoarjo, Jawa Timur. Novelis cantik yang juga pegiat budaya itu mengaku setiap kali ke Jogja pasti menyempatkan diri mampir ke Monjali.
Pengelola Monjali mengaku bersyukur mendapat kan predikat sebagai museum dengan daya tarik yang komplit. Sebuah imej yang pada perjalanannya mampu menjadi daya pikat tersendiri sehingga museum yang menyimpan 1.000 koleksi benda bersejarah ini selalu diminati pengunjung. Berbagai koleksi itu termasuk diorama andalan yang secara keseluruhan menggambarkan situasi saat perang kemerdekaan sekitar 1945-1949 hingga Yogyakarta menjadi Ibu Kota Republik Indonesia.
Ketika dampak pandemi covid-19 mengguncang kehidupan di segala lini tak terkecuali industri pariwisata, Monjali terbilang salah satu destinasi yang cepat bangkit dari keterpurukan. “Ujung tahun 2021 kita bahkan masuk 5 destinasi dengan kunjungan terbanyak di Yogyakarta loh. Tapi untuk kategori destinasi, bukan museum,” ujar Kabag Operasional Monjali, Nanang Widiarto, kepada Patmamedia.com, Jum’at 7 Januari 2021.
Catatan tertinggi selama pandemi ditorehkan Monjali pada tanggal 12 Desember 2021, dengan jumlah pengunjung sebanyak 1.116 orang. Selanjutnya, dengan harga tiket masuk Rp 10.000, jumlah pengunjung setiap hari stagnan di angka 400 – 500 orang sesuai jumlah maksimal yang dianjuran pemerintah, yakni 500 pengunjung “Hal itu karena sesuai aturan memang belum diperbolehkan mengundang massa dalam bentuk apapun termasuk berpromosi secara masif,” lanjut Nanang.
Memasuki tahun 2022, menurut Nanang Widiarto, adalah momentum bagi Monjali semakin menata diri menyongsong kebangkitan industri pariwasata nusantara. Selain menambah wahana baru sesuai kebutuhan gerasi kekinian seperti tempat karaoke, Monjali juga melengkapi beberapa wahana dengan berbagai item permainan tempo dulu. Antara lain gejog lesung, permainan egrang, dakon dan permainan jadul lainnya. Diharapkan tersebut bisa memberikan kegembiraan sekaligus mengingatkan pengunjung ke masa-masa perjuangan. (sugi)