Platinum

Mengulik Kampung Penghasil  Krupuk Upil di Sidoarjo

Sih Utami
02 June 2023
.
Mengulik Kampung Penghasil  Krupuk Upil di Sidoarjo

Salah satu pelanggan memborong kerupuk di kios Bu Melur Desa Mojoruntut, Sidoarjo. (PM-Utami)

Sidoarjo (PM) -- HOBI ngemil gorengan  tapi takut kolesterol? Cobalah krupuk Upil. Cemilan renyah berbahan baku tepung tapioka ini, selain rasanya gurih juga bebas minyak karena digoreng dengan media pasir. Merupakan salah  satu  jenis oleh-oleh khas  Jawa Timur, terutama Kabupaten Sidoarjo yang disebut-sebut sebagai surganya krupuk Upil.

Entah kenapa krupuk itu diberi nama demikin. Menurut sejumlah informasi, awalnya cemilan ini  bernama krupuk Mares, berasal dari kata lemah ngeres (Bhs Jawa) yang artinya tanah pasir. Era tahun 1980-an nama krupuk Mares berubah menjadi krupuk Melarat karena proses memasaknya disangrai menggunakan pasir. Konon, sangrai merupakan cara menggoreng makanan yang banyak dilakukan kalangan masyarakat miskin (melarat) karena tak mampu membeli minyak goreng.

Namun karena nama tersebut dinilai menimbulkan citra buruk, terkesan cemilan ini hanya dikonsumsi oleh masyakarat kelas bawah, namanya pun berubah lagi menjadi krupuk Upil seperti sekarang.

“Mungkin karena bentuk krupuk yang kecil dan rasanya cenderung asin,” kelakar seorang pengunjung sebuah kios oleh-oleh khas Jatim di Jl. Hang Tuah, Sidoarjo.

Entah karena riwayat namanya yang unik atau citarasanya yang genuine, faktanya sekarang krupuk ini telah naik derajat menjadi cemilan favorit segala kalangan masyarakat. Justru karena cara menggorengnya yang tidak menggunakan minyak sehingga aman bagi kesehatan.

Di kawasan JL. Hang Tuah, JL. Sisingamangaraja, Desa Tulangan, Desa Candi, dan Desa Mojoruntut, Sidoarjo, nyaris tak pernah sepi oleh deretan mobil pelanggan yang terparkir menunggu pemiliknya memborong krupuk Upil.

Beberapa kawasan tersebut memang kerap menjadi jujugan para penggemar krupuk atau para pelancong luar kota yang ingin membeli oleh-oleh khas Sidoarjo.Beragam rasa dan jenis krupuk lengkap di kawasan tersebut.

Desa Mojoruntut terbilang sebagai kawasan paling unik karena hampir seluruh penduduknya bekerja sebagai perajin krupuk Upil. Selain merupakan produk home industri, di desa ini juga berdiri sebuah pabrik krupuk berskala besar yang pemasarannya telah merambah hingga ke luar daerah.

Jadi jangan kaget ketika memasuki jalan desa tersebut, Anda akan disuguhi pemandangan kerupuk yang terbungkus plastik dengan berbagai ukuran dan bergelantungan di depan setiap rumah penduduk.

Bu Melur (40) salah satu perajin krupuk Upil di Mojoruntut, mengaku gembira bahwa krupuk khas Sidoarjo semakin digemari oleh  masyarakat luas.

“Mungkin orang semakin sadar krupuk yang digoreng dengan pasir lebih aman bagi kesehatan,” ucapnya kepada Patmamedia.com saat ditemui di kiosnya, Jumat (2/6/2023} petang tadi.

Menurut Bu Melur, proses sangrai krupuk Sidoarjo sangat higienis karena pasir yang digunakan berasal dari pasir gunung pilihan yang sudah melalui proses pencucian, perebusan dan pengeringan dengan api. Pasir yang digunakan juga sudah bebas debu sehingga menghasilkan panas yang merata. Proses memasak tanpa minyak itulah yang membuat krupuk Upil bebas kolesterol.

Dijelaskan, proses penyangraian hanya memakan waktu  sekitar dua menit. Begitu krupuk dimasukkan ke dalam molen berisi pasir panas, molen lalu diputar dengan cepat hingga krupuk  mengembang dan siap diangkat. Setelah diangkat, krupuk kemudian dibersihkan dari pasir yang menempel dengan cara diayak.

Kerupuk tersedia dalam banyak rasa dan warna. Mulai rasa bawang, rasa terasi, pedas, pedas manis, jerebet bawang, bawang bibir manis, bawang bikang, dan pedas wahing. Rasa pedas wahing (bersin-Bhs Jawa) menjadi idola karena aromanya menyengat sehingga orang yang menggigitnya pasti dibuat  bersin-bersin.

“Anak-anak muda kebanyakan suka rasa pedas wahing ini karena seru,” tambahnya.

Yang pasti, tambah Bu Melur, apapun jenis dan rasa krupuk yang dipilih, semua akan nikmat disantap dengan petis udang pedas khas Sidoarjo pula. Tersedia beberapa krupuk kemasan dengan variasi harga mulai Rp. 5.000; sampai Rp. 20.000;. Pembeli tinggal menyesuaikan selera dan harga.

Apakah Anda tertarik melancong untuk melihat langsung serunya kampung krupuk di  Sidoarjo?***

Editor: Muh Sugiono

Griting

Baca Juga