Menilik Kondisi Anak-anak Pengidap Kanker di Rumah Singgah Astagina Yogyakarta
Muh Sugiono
28 May 2023
.
Seorang anak penyintas kanker bercengkerama dengan para mahasiswi UGM. (PM-Nadi Mulyadi)
Yogyakarta (PM) – Sebuah rumah di Jl Sawa, Karang Gayam, Caturtunggal, Depok, Sleman, tampak meriah. Anak-anak asyik bermain dan berbagi cerita dengan sekelompok mahasiswa Fakulatas Geografi UGM. Sesekali gelak tawa pecah oleh kelucuan anak-anak tersebut. Sedangkan di ruangan lain, para orangtua duduk tenang mengikuti rangkaian acara dan diskusi dengan seorang dokter.
Siang itu, Minggu 28 Mei 201, rumah yang ternyata sebuah rumah singgah bagi anak-anak penyintas kanker itu sedang memberikan edukasi edukasi anak-anak penderita kanker dan pelatihan pembuatan tempe untuk Volunteer Astagina, orang tua anak dengan Kanker dan KWT.
Kegiatan diselenggarakan Yayasan Astagina Adi Cahya bekerja sama dengan F Kedokteran, F Geografi, F Partanian UGM, Dinas Pertanian Sleman dan Masyarakat Sadar Wisata ( Masata) DPD DIY.
Ketua Rumah Singgah dan Edukasi Astagina, drh. Nur Rahmawati menjelaskan, rumah singgah dan edukasi tersebut sangat dibutuhkan bagi anak-anak penyintas kanker terutama yang sedang menjalani pengobatan di rumah sakit yang jauh dari tempat tinggalnya.
Menurut Nur Rahmawati, penanggulangan penyakit kanker masih menjadi tantangan bagi sebagaian besar masyarakat Indonesia termasuk Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
“Terapi medis terhadap penderita yang memerlukan waktu lama dan kemudahan akses ke rumah sakit yang belum merata, menjadi persoalan tersendiri yang harus segera mendapatkan solusinya,” ujar wanita yang akrab disapa Inung tersebut.
Didampingi Bendahara Astagina, Dexiana Dewi Yuliasari, SE, MM, Ak, Inung yang juga pengurus Masata DIY menjelaskan ketersediaan rumah singgah sekaligus tempat edukasi adalah langkah paling tepat bagi anak-anak penyintas kankeragar mereka nyaman sekaligus dapat belajar bersama rekan-rekannya.
Terapi medis penyintas kanker berlangsung lama karena dibutuhkan serial terapi baik chemo atau radioterapi sesuai jenis kanker dan stadiumnya. Dan permasalahan timbul manakala tidak semua anak-anak tersebut memiliki akses yang terjangkau atau dekat dengan rumah sakit rujukan kanker di DIY.
Setidaknya ada 300 keluarga anak penyintas kanker yang saat ini bernaung di Astagina. Selama anak-anak tersebut menjalani proses terapi, keluarganya akan mendapatkan pendapingan dalam mengurus prosedur pembiayaan dan penguatan ekonomi yang mungkin akan terganggu.
Selain kamar tidur rumah singgah tersebut juga diberi fasilitas ruang baca. Hal ini sangat penting agar mereka dapat belajar dan membaca selama menjalani pengobatan.
"Anak-anak ini berasal dari luar daerah. Selama menjalani pengobatan tidak dapat pulang dan tidak sekolah. Maka kita fasilitasi sarana edukasi," ungkapnya.
Selain ruang baca, lahan kosong sekitar lokasi rumah singgah juga dimanfaatkan untuk budidaya tanaman sayuran. Sehingga dapat digunakan pula untuk sarana edukasi bagi anak-anak.
"Kita manfaatkan lahan pekarangan untuk menanam sayuran. Selain untuk menumbuhkan rasa gemar bercocok tanam, hasilnya dapat dimasak sebagai makanan sehat,"
Agus Supriyanto (50) salah seorang ayah yang putranya menderita mengaku sangat terbantu oleh keberadaan rumah singgah tersebut. Diceritakan bagaimana hidupnya terasa berhentik saat putra ketiga pada usianya yang baru satu tahun diketahui menderita kanker darah.
Pontang-panting laki-laki Asal Sedayu, Bantul itu bersama istrinya mengupayakan kesembuhan bagi anak bungsunya. Pekerjaan terganggu, sedangkan rutinitas terapi yang harus dijalankan di rumah sakit juga membutuhkan biaya yang tidak sedikit, Berkat informasi dari teman, Agus akhirnya mendatangi Yayasan Astagina Adi Cahya dan bernaung disana.***