Platinum

Menuju GPDRR 2022, Koalisi Masyarakat Sipil Dorong Partisipasi Kurangi Risiko Bencana

Muh Sugiono
19 May 2022
.
Menuju GPDRR 2022, Koalisi Masyarakat Sipil Dorong Partisipasi Kurangi Risiko Bencana

Salah satu model pengenalan risiko bencana bagi anak-anak dengan permainan gambar. (PM-Ist)

Jakarta (PM)- Menyambut pelaksanaan Global Platform for Disaster Risk Reduction (GPDRR) di Bali pada 23-28 Mei 2022 mendatang, Koalisi Masyarakat  Sipil untuk GPDRR  menyerukan  pentingnya  partisipasi  kelompok-kelompok  berisiko  tinggi (high risk groups) seperti anak-anak dan orang muda, penyandang disabilitas dan perempuan.

Kelompok berisiko tinggi itu harus ikut ambil bagian dalam upaya global pengurangan risiko bencana (PRB), menuju transformasi dari risiko ke resiliensi (kemampuan untuk mengatasi dan beradaptasi dengan suatu kejadian yang berat).

“Kami telah menyusun seruan aksi yang akan masuk ke dalam deklarasi formal kelompok  organisasi  masyarakat  sipil  untuk  GPDRR,”  ujar  Koordinator Regional Global Network of Civil Society Organisations for Disaster Reduction  (GNDR)  untuk  Eropa,  Asia  Timur  dan  Tenggara  dan  Pasifik, Hepi  Rahmawati, dalam pernyataanya Rabu (18/5/2022).

Di Indonesia, GNDR menjadi bagian dari Koalisi Masyarakat Sipil untuk GPDRR. Seruan aksi tersebut, menurut Hepi, hadir setelah melakukan serangkaian konsultasi yang menampung masukan dari organisasi-organisasi masyarakat sipil di  Indonesia.  Dari  hasil  konsultasi  tersebut,  organisasi  masyarakat  sipil  di Indonesia  mendorong  empat  hal.  Pertama  kemitraan komprehensif  di  tingkat  lokal,  kedua  penguatan  tata  kelola  PRB  berbasis pentahelix ,  melibatkan  pemerintah dan semua unsur masyarakat  serta media massa.

Selanjutnya  ialah  partisipasi kelompok-kelompok  berisiko  tinggi  dalam  PRB.  Selain itu juga upaya percepatan  pemulihan  dan  integrasi  solusi berbasiskan  lanskap  dan  ekosistem, untuk melaksanakan pemulihan akibat bencana dan COVID-19.

Demi tercapainya seruan aksi tersebut, koalisi turut menggarisbawahi pentingnya upaya-upaya  PRB  yang  inklusif  dan  responsif  gender.  Hal  ini  selaras  dengan semangat  Tujuan  Pembangunan  Berkelanjutan  (Sustainable  Development Goals/SDGs),  yaitu  ‘Tak  satu  orang  pun  ditinggalkan’  (Leave  no  one  behind). Artinya, kelompok-kelompok berisiko tinggi perlu terlibat sejak di tingkat lokal.

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak di kawasan cincin api (ring  of  fire),  demikian Hepi Rahmawati, Indonesia  selaku  tuan  rumah  GPDRR  2022  mempunyai  banyak pengalaman dalam menghadapi situasi bencana. Dalam GPDRR 2022, lebih dari 80 organisasi masyarakat sipil dari seluruh Indonesia akan berbagi praktik, dari pembelajaran hingga memperkuat kolaborasi bersama.

Ketua Umum MPBI Avianto Amri mengatakan, kunci untuk pelibatan  bermakna adalah akses informasi yang inklusif dan sesuai dengan kelompok sasaran. Ia mencontohkan, anak-anak dan orang muda adalah generasi yang amat terhubung dengan akses informasi dan mahir menggunakan teknologi. Oleh karena itu, menurutnya mereka memiliki potensi untuk memberikan inovasi dan solusi. Informasi yang  akurat, mutakhir, mudah dipahami dan dapat diandalkan pun turut mendukung kepemimpinan dan keterlibatan perempuan dalam situasi bencana.  

Hal ini, demikian Avianto, tak lepas dari upaya mengembangan kapasitas sumber daya manusia dan pendampingan teknis sebagai bagian dari mobilisasi sumber daya, untuk menciptakan resiliensi yang berkelanjutan.  “Ketangguhan hanya dapat dibangun bersama, kerentanan muncul karena ada yang ditinggalkan,” pesan Avianto.

Koalisi Masyarakat  Sipil Untuk GPDRR adalah upaya bersama untuk menggemakan dan memperluas pelibatan masyarakat di GPDRR 2022. Koalisi beranggotakan Asia Pacific  Alliance  for  Disaster  Management  (APADM),  DisasterChannel.co,  Dompet Dhuafa, Global Network of Civil Society Organisations for Disaster Reduction (GNDR), Humanitarian  Forum  Indonesia  (HFI),  Masyarakat  Penanggulangan  Bencana Indonesia  (MPBI),  OXFAM,  Platform  Nasional  Pengurangan  Resiko  Bencana Indonesia  (Planas  PRB),  Preparedness  for  Disaster  Toolkit  (PREDIKT),  Pujiono Centre,  Resilience  Development  Initiative  (RDI),  SiagaBencana.com,  U-Inspire Indonesia,  Wahana  Lingkungan  Hidup  Indonesia  (WALHI),  Yayasan  Kristen  untuk Kesehatan Umum-Emergency Unit (YAKKUM-YEU), Yayasan Penguatan Partisipasi, Inisiatif,  dan  Kemitraan  Masyarakat  Indonesia  (YAPPIKA)-ActionAid,  Yayasan SHEEP Indonesia, dan Yayasan Skala Indonesia.*** (rilis/giono)

 

Griting

Baca Juga