Platinum

Merintis Usaha Sambil Main Sepak Bola.

Muh Sugiono
18 February 2022
.
Merintis Usaha Sambil Main Sepak Bola.

Bos Planet Biru, Wahyudi Kurniawan, S.IP

Kesuksesan lazimnya lahir dari sebuah perencanaan matang dan kerja keras demi cita-cita yang jelas. Tetapi, laki-laki ini justru mendapatkannya dari sikap pasrah tanpa batas.  

            Ketika teman-teman seusianya sibuk merenda mimpi tentang profesi pilihan di masa depan, Wahyudi remaja malah kebingungan menentukan mimpinya. Dijalani hidup sekadar mengikuti kemana air hendak mengalir. Tapi, ternyata Tuhan  memilihnya menjadi seorang pengusaha terkemuka di Sleman, Yogyakarta.

            Wahyudi Kurniawan, S.IP, demikian nama lengkap laki-laki ini. Ia adalah owner Grup Planet Biru, kelompok bisnis yang bergerak di sektor advertising, konveksi (GAZI), kontraktor, bahkan belakangan mulai merambah ke sarang bird farm khusus jenis burung hobiis. Selama dua puluh tujuh ia merintis usaha itu dari titik nol besar, bermodal satu meja sablon sederhana, kini betapa manis hasil yang dipetiknya.

             Sebuah rumah dua lantai bercat putih berdiri megah di sebelah barat  Jalan Tempel – Turi Km. 01  Kromodangsan, Lumbungrejo, Tempel,  Sleman, Yogyakarta. Di halaman depan, terparkir mobil sport dengan warna senada cat dinding rumah utama.  Di sisi yang lain, tampak beberapa bangunan digunakan untuk ruang kantor dan work shop dengan puluhan karyawan sedang sibuk bekerja.

                Tapi ia berkilah, segala apa yang  dimilikinya itu bukanlah ujud dari cita-cita yang lama dikejarnya, melainkan lebih diyakini sebagai jalan pengabdian yang sengaja dipilihkan Tuhan untuk dirinya. Ada 78 karyawan saat ini menggantungkan nasib keluarganya kepada jaringan bisnis Planet Biru. Baginya, bisa berbuat sesuatu kepada orang lain merupakan kekayaan batin yang mendatangkan kebahagiaaan tersendiri.

           “Agak naïf, tapi saya dulu memang  tak pernah punya cita-cita mau jadi apa nantinya,” ujar  lulusan FISIPOL  Jurusan Hubungan International (HI) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), yang semasa mahasiswa mengaku suka nongkrong di angkringan bersama teman-temannya.

            Bahkan keputusan masuk menjadi mahasiswa Fakultas ISIPOL saat itupun bukan didorong keinginan untuk menjadi sesuatu, melainkan sekadar sebagai pelipur lara. Daripada tidak kuliah setelah gagal masuk di fakultas pilihan,  Kedokteran.

            Menuruti harapan kedua orangtua, Sunyoto (alm) dan  Hj. Hartati, pria kelahiran Sleman, 25 juni 1983 itu memang  pernah berkeinginan menjadi seorang dokter. Namun keinginan itu kandas ketika ia justru diterima di Fakultas Ilmu Politik. Dibutuhkan beberapa waktu lamanya untuk mencintai kuliah di Ilmu Politik itu sebelum akhirnya ia lulus tahun 2006.

            Rampung kuliah, bukannya sibuk mondar-mandir sambil menenteng stopmap untuk melamar pekerjaan. Perhatiannya justru kembali ke hobi sepak bola dan bisnis advertising yang digelutinya sejak remaja. Dua passion yang dia pasti tak akan sanggup menjawab jika disuruh memilih salah satu di antaranya. Sejak masih SMP tahun 1995, laki-laki ini mengaku sudah jatuh cinta kepada seni grafis dan si kulit bundar.

            Bermodal kemampuan mengoperaskan Coreldraw-2 saat itu, tiap hari ia otak-atik mendesain stiker atau menyablonnya di atas kaos lalu menjualnya kepada teman-teman sekolahnya. “Lumayan untuk menyiasati uang jajan,” ungkapnya berkelakar, saat ditemui Patmamedia.com, Kamis (17/2) siang, di kantornya.

           Di rumah ia suntuk di atas meja sablon, di lapangan hijau Wahyudi muda adalah seorang striker andalan bagi klub Pesat (Persatuan Sepakbola Tempel) yang dibelanya. Tidak ada turnamen sepak bola yang pernah dilewatkannya. Dimana ada ayam berkokok, di situ ia bertandang.  Sejak itulah ia mulai sadar bahwa desain grafis dan sepak bola adalah takdir hidupnya.

         Sebuah kesadaran spiritual yang membuat Wahyu Kurniawan menjadi begitu amanah memikul tanggungjawab. Baik sebagai bos jaringan bisnis CV Planet Biru dengan puluhan karyawan yang  bekerja, maupun sebagai Ketua Umum Askab PSSI Sleman selama dua periode, 2018 – 2021 dan 2021 -2025.

          “Sekaligus juga pasrah menerima apapun hasilnya,” timpal ayah dua anak, Rafa (13) dan Rafif (9) itu sambil tertawa. Sikap pasrah, masih kata Wahyudi,  juga menghindarkan orang dari keadaan putus asa.

         Ia tidak putus asa ketika pada tahun-tahun awal merintis usaha, orderan sepi padahal kewajiiban menggaji karyawan tetap harus dipenuhi. Atau sebaliknya tiba saat banyak orderan datang, giliran modal yang kurang. Malah, bukan sekali dua kali ia mangaku didera perasaan bimbang. Namun berkat dukungan tulus dari  isteri dan segenap karyawan, pelan-pelan bisnis yang dipimpinnya pun berkembang hingga akhirnya menjadi seperti sekarang.

       Ditanya tentang omzet, pengusaha yang akrab disapa Mas Yudi itu lagi-lagi hanya tertawa.”Omzetnya adalah bisa mencukupi kebutuhan anak isteri dan tidak telat membayar gaji para karyawan,” kilahnya.

       Memiliki beberapa usaha yang telah berjalan lancar di usia 30-an, telah menjadikan Wahyu Kurniawan sebagai sosok laki-laki yang mapan. Ia memiliki segala apa yang seharusnya dimiliki seorang laki-laki. Sebuah keluarga harmonis, bisnis yang baik dan pergaulan yang luas.

         Lalu, apa lagi yang ingin Anda capai dalam hidup mendatang?

       Pria bertubuh jangkung itu terdiam sejenak, lalu: “Saya hanya ingin melihat Persatuan Sepak bola Sleman, PSS bisa meraih kembali puncak kejayaannya di kancah persebakbolaan nasional.”***g

Griting

Baca Juga