Patih Jatasuro Edan, Gelaran Ketoprak HUT RI Ke -79 Warga Simping Godean
Nadi Mulyadi
10 August 2024
.
Paduan suara ibu-ibu warga Dusun Simping mengawali kemeriahan pentas seni peringatan HUT RI-79 2024 (PM-Nadi)
Patmamedia.com (SLEMAN)—Memperingati HUT RI ke-79 tahun 2024, warga Dusun Simping, Kalurahan Sidomoyo, Kapanewon Godean, Kabupaten Sleman, Yogyakarta menggelar pentas ketoprak, Sabtu (10/8/2024) malam.
Mengusung lakon Patih Jatasuro Edan, gelar seni ketoprak tersebut merupakan bagian dari rangkaian kegiatan yang digelar untuk memeriahkan peringatan Hari Kemerdekaan RI, sekaligus memupuk bakat seni bagi warga setempat.
“Selain pentas ketoprak semalam suntuk, peringatan HUT RI tahun ini juga dimeriahkan dengan berbagai pentas lain seperti seni tari, paduan suara khusus ibu-ibu, dan pentas lainnya,” ungkap Ketua Panitia, Sukarman saat ditemui Patmamedia di arena panggung.
Setelah pagelaran malam pentas seni, lanjut Sukarman, kemeriahan HUT RI ke-79 ketoprak juga akan digelar berbagai lomba anak- anak , lomba khusus para bapak dan ibu-ibu yang kemudian seluruh rangkaian kegiatan akan ditutup gelar karnaval keliling kampung pada akhir bulan Agustus mendatang
Menurut Sukarman, pentas seni ketoprak merupakan bentuk tanggungjawab sosial dalam upaya melestarikan seni budaya tradisional Jawa. Selain itu juga memberikan hiburan warga sekaligus memupuk bakat seni warga Dusun Simping yang disebutnya memiliki banyak pemain ketoprak.
Lakon “Patih Jatasuro Edan” berlatar belakang ceritera sejarah Kesultanan Mataram di masa penakhlukan Kerajaan Blambangan. Bercerita tentang batalnya percintaan Patih Jatasuro dengan Roro Sedah Merah, puteri dari Prabu Siung Laut.
Kisah diawali tokoh Patih Jatasuro yang terpesona oleh kecantikan Sedah Merah sehingga ia bertekad menyuntingnya. Tapi ternyata cintanya bertepuk sebelah tangan, Sedah Merah menolaknya. Jatasuro yang kadung tergila-gila, lalu menghunus keris berniat menakut-nakuti agar cintanya diterima.
Malang, Sedah Merah yang tak mencintainya justru merebut keris tersebut dan langsung menusukkan ke dadanya sendiri. Tubuh puteri Prabu Siung Laut itupun roboh, tewas bersimbah darah. Kenyataan itu mengguncang hati Patih Jatasuro. Ia tak sanggup menguasai diri dan kemudian gila.
Ketoprakyang digemari pelbagai lapisan masyarakat Jawa, adalah sebuah teater ingatan. Di pentasnya orang memanggil-manggil masa lampau. Fragmen sejarah sejak Mataram Hindu sampai dengan Mataram Islam, sejak Majapahit di abad ke-13 sampai dengan Kartasura di abad ke-17.
Cerita Patih Jatasuro Edan termasuk kisah carangan yang sulit dicari posisinya dalam sejarah.Jatasuro jadi tokoh sentral di panggung malam itu, karena riwayatnya yang dramatis sehingga memenuhi syarat buat sebuah lakon yang memukau. Ditambah penampilan aktor Sihono yang ciamik dalam memerankan tokoh tersebut.
“Saya senang dan bangga dipercaya jadi bintang yang memerankan tokoh utama Patih Jatasuro, karena tuntutan aktingnya cukup menantang,” ujar Sihono dengan wajah berbinar.
Sihono sendiri merupakan seorang aktor ketoprak warga Simping, yang lahir dan dibesarkan di tenggah keluarga seniman tradisional Jawa yang kental. Menurutnya, lakon Patih Jatasuro Edan mungkin deskripsinya tak sesuai dengan sejarah.
Tapi yang penting, lanjutnya, kisah itu berniat menonjolkan bahwa cinta tak bisa dicapai dengan pemaksaan. Meskipun tokoh Jatasuro seorang berpangkat dan sakti yang sanggup menakhlukkan semua penghalang, namun itu semua tidak ada artinya dalam cinta.
“Sebab hakikat cinta itu tak boleh menaklukkan liyan. Cinta harus didapatkan melalui niat tulus dan kesanggupan memberi rasa damai dan nyaman bagi si pujaan hati,” papar laki-laki ganteng berkumis tebal itu mengakhiri perbincangan.***