PAUD Asparagus II Babadan Baru Kunjungi Condongcatur Perkenalkan Gamelan Sejak Usia Dini
Wijatma T S
03 October 2024
.
Anak-anak PAUD Asparagus II Babadan Baru. (PM-ist)
Patmamedia.com (SLEMAN) – Pemerintah Kalurahan Condongcatur melalui Paguyuban Karawitan Ngesti Laras rutin setiap Kamis Pon menabuh Gamelan perunggu. Namun kali ini beda dari biasanya, tabuhan Gamelan di Pendopo Kromorejan ini mendapat kunjungan dari PAUD Asparagus II Babadan Baru Kentungan, Kamis Pon (3/10/2024).
Kepala Lembaga SPS Asparagus II Babadan Baru Kentungan, Muflichah, SE, mengatakan kunjungan anak didiknya secara khusus ke kalurahan Condongcatur ini untuk melihat langsung dan mengenalkan alat musik gamelan. Disamping itu juga menyaksikan lagu/tembang jawa yang bertujuan untuk menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya Jawa.
“Serta melestarikan tradisi budaya Jawa karena proses pendidikan anak sejak usia dini sangat penting dibarengi dengan pengenalan seni dan budaya. Salah satunya adalah pelestarian seni budaya dalam bentuk kreativitas seni, baik seni tradisi maupun modern. Bentuk kreativitas antara lain mengajak anak-anak mengenalkan dan bermain gamelan dari sejak dini,” ungkap Muflichah.
Menurut Muflichah anak-anak yang dikenalkan atau bermain gamelan, maka secara tidak langsung hal tersebut akan menimbulkan rasa cinta terhadap seni gamelan. Apabila sejak kecil sudah diajarkan untuk bermain gamelan merupakan langkah nyata untuk melestarikan seni gamelan.
“Disamping itu bermain gamelan juga bisa digunakan sebagai media stimulan untuk kecerdasan estetika, etika dan kecerdasan sosial bagi anak usia dini,” paparnya.
Sementara itu Ketua Paguyuban Karawitan Ngesti Laras Condongcatur, Teguh Subroto, BA, sangat bangga dan mengapresiasi atas kunjungan dari anak-anak PAUD pada acara rutin Kamis pon. Bertepatan dengan pengunaan pakaian Jawa Jangkep di lingkungan Kantor dan Sekolah, di Kalurahan Condongcatur gamelan dikumandangkan.
“Kita kenalkan perangkat gamelan yang ditabuh kepada anak-anak, seperti Kempul, Gong, Kenong, Bonang, Demung, Saron, Slentem, Gendang dan para Penabuh musik karawitan yang disebut Pengrawit atau Pradangga dan berikut para sindennya,” terangnya.
Karawitan, lanjut Teguh, adalah seni gamelan dan suara yang menggunakan tangga nada slendro dan pelog. Istilah karawitan berasal dari kata "rawit" dalam bahasa Jawa yang berarti lembut dan halus.
Menurut Teguh pengenalan Gamelan sejak dini perlu dilakukan mengingat makin banyaknya gempuran budaya asing yang suatu saat bisa mengakibatkan degradasi budaya dalam bentuk sikap apatis terhadap kesenian daerah, khususnya gamelan.
Gempuran budaya yang tidak dibarengi dengan pembangkitan akan cinta pada kesenian, termasuk kesenian gamelan, tentu akan membuat generasi semakin lupa dengan kesenian yang diwariskan oleh masyarakat pendukung kesenian itu sendiri.
“Jangan sampai malah orang-orang luar negeri sana seperti dari Amerika yang pinter dan menguasai memainkan alat musik gamelan, generasi kita sendiri yang karena kurang peduli malah jadi penontonya. Maka silahkan setiap Kamis Pon anak-anak PAUD dan lainnya berkunjung ke Kalurahan Condongcatur untuk kita berikan edukasi dan kenalkan gamelan dan pendukung lainya,” harapnya.