.
Para penarik gerobak saat menyampaikan aksi minta solusi di Kompleks Kepatihan. (PM-Renata Dhea)
Yogya (PM) - Puluhan pendorong gerobak di kawasan Malioboro yang menggantungkan hidupnya dari pedagang kaki lima (PKL) mengadakan aksi di kantor Gubernur DIY Kompleks Kepatihan, Senin (31/1).
Aksi tersebut dilakukan sebagai dampak dari adanya relokasi PKL di Kawasan Malioboro yang mengakibatkan mereka terancam kehilangan mata pencaharian.
Hal itu dikarenakan PKL tidak lagi membutuhkan jasa antar-jemput gerobak di tempat berjualan yang baru.
"Adanya relokasi PKL telah mengakibatkan sekitar 53 pendorong gerobak terancam kehilangan pekerjaan. Kami datang ke kesini ingin menghadap bapak gubernur untuk minta kejelasan karena selama ini teman-teman ada yang sudah menjadi pendorong gerobak selama 20 tahun dan mengantungkan hidup dari para PKL,"kata Ketua Paguyuban Pendorong Gerobak Malioboro Kuat Suparjono di sela-sela aksi, di Kompleks Kepatihan, Senin (31/1).
Kuat mengatakan, para pendorong gerobak belum siap menerima dampak dari relokasi, karena membutuhkan waktu untuk mencari pekerjaan lain. Selain itu, rencana pemerintah untuk merelokasi pedagang juga tergolong mendadak. Untuk itu pihaknya berharap agar Pemda DIY menunda pelaksanaan relokasi dan memberi kesempatan kepada para penarik gerobag untuk mencari pekerjaan yang lain.
"Tiap harinya kami seprofesi menyiapkan gerobak dari gudang penyimpanan dan mengantar ke lapak sejak pagi dan mengambilnya kembali saat malam hari.
Tiap orang rata-rata bisa mengantar antara 7 hingga 15 gerobak. Setiap melakukan antar jemput, kami mendapatkan upah sekitar Rp 10 ribu. Adapun jarak tempuh para pendorong gerobak yakni dari kawasan Hotel Grand Inna Malioboro sampai titik Ngejaman,"terangnya.
Menurut Kuat, para pendorong gerobak meminta agar Pemda DIY bisa mempertimbangkan nasib mereka yang terdampak dari adanya kebijakan relokasi. Pihaknya berharap Pemda DIY bisa mencarikan pekerjaan penganti untuk para penarik gerobak.***s