Sili Suli saat mewanwancarai presiden Bank Dunia.(PM-Kris Paso)
Patmamedia.com (JOGJA) - Lazimnya, yang ditulis biografi adalah orang atau tokoh terkenal baik skala nasional maupun internasional. Tetapi, tidak bagi Sili Suli. Pria kelahiran Jakarta 53 tahun lalu, memilih jalan yang berbeda. Alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Widya Mataram Yogyakarta ini, justru menulis biografi orang atau tokoh dari pelosok, yang nyaris tidak pernah terdengar namanya di kancah nasional, apalagi internasional. Namun, tidak berarti bahwa orang atau tokoh yang ditulis belum memiliki kiprah baik di tingkat nasional maupun internasional. Ada nama yang kiprahnya mendunia, tetapi jarang diperbincangkan di kancah nasonal.
Uniknya lagi, tokoh yang ditulis sebagian besar dari Indonesia Timur, utamanya dari Sulawesi Selatan dan Gorontalo. Tentang hal ini, mantan jurnalis Harian Ujungpandang Ekspres dan Harian Rakyat Sulsel, tidak memilki alasan yang spesifik. Mereka memiliki kapasitas dan kapabiltas yang mumpuni. Kiprah mereka juga tidak diragukan lagi. Ada beberapa tokoh yang publikasi ilmiahnya sudah diakui dunia internasional. Hanya saja, belum ada yang menulis tentang riwayat mereka, jelas Sili, melalui layanan aplikasi Whatsapp, Minggu (19/5/2024).
Untuk terjun menjadi penulis biografi, Sili Suli sempat ragu-ragu. Tetapi dengan tekad yang membara, mantan pengurus Senat Mahasiswa di kampus tempatnya kuliah, pada tahun 2013 memilih mengundurkan diri dari Harian Rakyat Sulsel. Ternyata keputusannya tidak meleset. Hingga saat ini, sudah menghasilkan 12 buku biografi. Belum termasuk buku sejarah gereja di Gorontalo dan Jakarta serta satu buah novel dengan judul Surya Mentari dan Rembulan, yang diluncurkan tahun 2019 oleh Gusti Kanjeng Ratu Hemas di Pendopo Agung, Dalem Mangkubumen, Yogyakarta. Novel dengan latar belakang historis setebal 541 halaman ini sempat diperbincangkan dalam acara Ubud Writer and Reader Festival tahun 2019.
Buku-buku biografi yang dihasilkan antara lain, Berkeringat dan Tersenyum; Perjalanan Sukses 22 Pengusaha Toraja di Tanah Papua (Arti Bumi Intaran Jogja 2013), Prof. Dr. Randanan Bandaso; Perjuangan Seorang Anak Guru Menjadi Guru Besar di Almamaternya (Arti Bumi Intaran Jogja 2014), Yonathan Pasodung; Anak Kampung Membangun Ibukota (Arti Bumi Intaran Jogja, 2015), Jalan Panjang Anak Persembahan; Biografi Singkat Prof. Sam F. Poli (Arti Bumi Intaran Jogja, 2015), Mistar Seorang Guru; Buku Kenangan Almarhum Micha Dase (Pohon Cahaya Jogja 2015), Keterpanggilan Seorang Guru (Pohon Cahaya Jogja 2016).
Buku biografi lainnya, Hidup yang Diberkati; Biografi Ishak Bangun Bitticaca (Arti Bumi Intaran Jogja,2018), Biografi Prof. Dr. Yohanis Rante, SE., M.Si (Absolut Media Jogja, 2018), Biografi Prof. dr. Idrus Paturusi; Dokter di Medan Lara (Arti Bumi Intaran Jogja, 2020), Komandan Frans Karangan Dalam Gejolak Sejarah (Arti Bumi Intaran Jogja, 2021).
Menurut pengakuannya, kemampuan menulis sudah diasah sejak masih duduk di bangku kuliah. Saat itu, tulisannya sudah menghiasi di beberapa media massa diantaranya, Harian Kompas, Bernas, Kupang Pos, Republika, Majalah Kartini. Selepas kuliah, terjun menjadi seorang jurnalis dan sempat melakukan wawancara khusus dengan tokoh-tokoh penting seperti Prof. Dr. BJ Habibie, advokat senior Dr. Adnan Buyung Nasution, Presiden Bank Dunia Paul Wolfowitsz, Menteri Pariwisata Republik Ceko, Menteri Perdagangan saat itu, Marie Elka Pangestu, Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad.
Kini, pria yang hobi mendaki gunung ini, sedang menyelesaikan sebuah buku biografi. Namun siapa tokohnya, masih dirahasiakan. Yang jelas, kata Sili Suli, sudah diakui kiprahnya, baik di tingkat nasional maupun internasional. "Tunggu saja, kalau sudah selesai pasti saya informasikan," tutupnya. ***