Peringatan 75 Tahun SO 1 Maret di Museum Pak Harto, Menyoal Bunga Pertempuran yang Hilang
Muh Sugiono
29 February 2024
.
Teguh Wahyudi, SE mewakili Keluarga Besar Alm. HM Soeharto melakukan kedhuk tumpeng dan menyerahkan kepada DR. Danang Wahyu Broto, SE, MSi (PM-Nadi Mulyadi)
Patmamedia.com (BANTUL) – Polemik Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 2 Tahun2022 soal Penegakan Kedaulatan Negara yang tidak mencatumkan nama Presiden RI Soeharto dalam peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949 kembali dipersoalkan. Ketua Fraksi Gerindra DPRD DIY DR Danang Wahyu Broto, SE, MSi. menyatakan kesiapannya untuk terus mendorong dilakukannya revisi atas keppres tersebut.
“Karena bangsa yang besar adalah bangsa yang dapat menghargai jasa para pahlawannya,” ucap Danang Wahyu Broto dalam sarasehan Peringatan 75 Tahun SO 1 Maret di Museum jenderal HM Soeharto, Kamis (29/3/2024) malam.
Peringatan 75 Tahun SO 1 Maret 1949 itu diprakarsai Yayasan Kajian Citra Bangsa (YKCB) bersama Museum Pak Harto, Dusun Kemusuk, Argomulyo, Bantul, DIY. Digelar dalam sebuah acara sederhana berupa sarasehan dengan tema "Janur Kuning Membongkar Kebohongan Belanda".
Danang Wahyu Broto mengatakan, peringatan peristiwa bersejarah yang dilakukan masyarakat sebagaimana Peringatan 75 Tahun SO 1 Maret di Museum HM Jenderal Soeharto ini, sangat bagus sebagai teladan bagi generasi muda. Dari sana, lanjut Danang, generasi muda bisa meneladani semangat juang para pahlawan sekaligus ikut serta mengawal catatan sejarah agar tetap terus terjaga faktanya.
Penulis buku-buku tentang Pak Harto, Noor Johan Noeh yang hadir dalam sarasehan tersebut memaparkan tentang peran sentral Pak Harto dalam SO 1 Maret '49. Bagaimana Panglima Besar Jenderal Sudirman memanggil Letkol Soeharto ke Markas Gerilya dan menjuluki nya “Bunga Pertempuran” karena saking bangganya atas keberhasilan serangan tersebut
"Tapi dalam Keppres No 2 Tahun 2022, ironisnya tokoh yang disebut sebagai ‘bunga pertempuran’ itu justru tidak dicantumkan namanya. Itu kan penggelapan sejarah,"tegas Noor Johan.
Seluruh rangkaian acara peringatan digelar mulai pukul 19.00-22.00 WIB, ditutup dengan pemutaran film Janur Kuning. Dihadiri sekitar 30 undangan, antara lain wakil Keluarga Besar Alm. HM Soeharto, wakil Keluarga Besar Alm. H Probosutejo, wakil Keluarga Besar Alm. R Noto Suwito, Sekretaris YKCB Bakarudin, anggota DPRD DIY DR Danang Wahyu Broto, SE, Msi, Ketua Barahmus DiY Ki Hajar pamadhi, Kepala Dinas Kebudayaan Bantul Slamet Pamuji, SPd, MPd, Lurah Desa Argomulyo Bambang Sarwono, S.Si, A.Pt serta sejumlah tokoh masyarakat setempat.
Menurut Ketua Panitia Penyelenggara, H Gatot Nugroho, S.Pt, acara peringatan tahun ini memang diselenggerakan secara sederhana dengan jumlah undangan sangat terbatas. Hanya sekitar 30 pucuk undangan yang disebar. “Alhamdulillah, semua yang kita undang bisa hadir atau mengiriman wakilnya,” ujar H Gatot Nugroho.
Sementara itu Sekretaris YKCB Bakarudin menjelaskan, acara peringatan SO 1 Maret di Kemusuk biasanya selalu dilakukan dengan Upacara dan Tabur Bunga di Taman Makam Perjuangan Somenggalan. Namun karena saat ini makam sedang dipugar, maka tabur bunga tidak dapat dilakukan.
"Jadi kami menggelar acara sederhana dengan syukuran, refleksi tentang Janur Kuning dan nonton film Janur Kuning,"kata Bakarudin.
Diharapkan semangat SO 1 Maret 49 dapat terus menerus diwariskan kepada generasi muda, sehingga mengetahui sejarah perjuangan bangsa dalam mempertahankan kemerdekaan. Jika SO 1 Maret 49 gagal, demikian Bakarudin, tentu sejarah NKRI akan lain. Bisa jadi Indonesia hanya menjadi bagian dari kerajaan Belanda sampai sekarang.
“Untuk itu, YKCB selalu menyampaikan pentingnya pembelajaran sejarah di sekolah dan perguruan tinggi. Dari sejarah kita bisa memberikan pemahaman, bahwa sejarah dapat menegakkan kemandirian dan kedaulatan negara,"tutur Bakarudin.***