.
Seorang warga keturunan Tionghoa membagi-bagikan angpao kepada anak-anak di Bong Cina Giripeni, Wates. (PM-Roberto Gusta)
Kulonprogo (PM) – Warga keturunan Tionghoa yang berziarah kepada leluhur di Bong Cina Giripeni, Kapanewon Wates, membagi-bagikan angpao kepada anak-anak dan ibu-ibu yang sejak pagi berkumpul di pemakaman tersebut, Selasa (1/2).
Gema perayaan Tahun Baru Cina atau Imlek 2573/2022 dapat dirasakan meskipun warga keturunan Tionghoa di Kulonprogo dapat dihitung menggunakan jari tangan. Tradisi petani Cina menyambut pergantian musim dari musim dingin ke musim semi itu dirayakan secara sederhana.
“Sudah menjadi tradisi setiap Imlek ziarah di Bong Cina Giripeni. Sampai di makam membersihkan makam, mendoakan leluhur dan memberikan angpao kepada anak-anak,” ujar Fransiska Yeyen, keturunan Tionghoa, warga Pringgokusuman, Yogyakarta.
Fransiska Yeyen yang kebetulan keturunan Tionghoa bersama suaminya Pulunggono masih melestarikan tradisi dari leluhurnya ziarah. Setiap Imlek dan Cheng Beng berziarah di pusaran makam kakek, orangtua dan saudara dekat yang dimakamkan di Bong Cina Giripeni.
Menurutnya, dari rumah sudah mempersiapkan sekedar hadiah uang keberuntungan untuk anak-anak dan ibu-ibu yang biasa membantu membersihkan makam. “Kakek yang dimakamkan di sini, dulu menjadi pengusaha sukses pakaian di Wates,” katanya.
Juru kunci Bong Cina Giripeni, Samiyem mengatakan terdapat sekitar sepuluh keluarga keturunan Tionghoa yang berziarah pada Imlek. Waktu kedatangannya di hari itu tidak tentu. Setelah membersihkan makam dan berdoa, ada yang memberikan kue keranjang atau membagi-bagikan angpao.
Menjadi juru kunci Bong Cina, katanya tidak ada bedanya dengan anak-anak dan ibu-ibu yang berkumpul di pemakaman setiap Imlek atau Ziarah Cheng Beng. Sejak menjadi juru kunci setiap hari membersihkan makam dari rerumputan dan dedaunan kering.
“Menjadi guru kunci tidak mendapatkan gaji. Kalau Implek seperti sekarang ini tidak ada bedanya dengan anak-anak maupun ibu-ibu lain yang berkumpul di makam. “Orang yang ziarah di sini macam-macam. Ada yang memberikan uang atau kue Imlek tetapi ada yang tidak memberikan apa-apa,” tutur Samiyem. ***