.
Imam Anshori Saleh dalam pidatonya di Tembi Rumah Budaya. (PM/Muh. Sugiono)
Yogyakarta (PM) -Sejumlah wartawan senior bergantian membacakan puisi karyanya di Tembi Rumah Budaya, Jalan Parangtritis km 8,5 Tembi, Timbulharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta, Sabtu (26/2/2022). Mereka tidak sedang mengikuti lomba pentas seni sastra atau semacamnya, melainkan sedang merayakan Hari Pers Nasional (HPN) 2022.
Para wartawan sepuh anggota Paguyuban Wartawan Sepuh (PWS) Yogyakarta itu boleh berbahagia, bahwa pada peringatan HPN tahun ini mendapatkan kado istimewa dari Tembi Rumah Budaya dan komunitas Sastra Bulan Purnama (SBP) Yogyakarta. Sehingga peringatan serupa yang sebelumnya hanya berisi pidato dan ziarah yang terkesan kaku itu, seolah mencair oleh desah syair puisi dalam nafas silaturahim yang dalam.
“Ini adalah peringatan HPN paling romantis di dunia,” kelakar Ketua Panitia Dra. Esti Susilarti, S.Pd, M.Par, dalam sambutannya di hadapan para undangan yang hadir dalam peringatan tersebut. Jurnalisme, demikian Esti Susilarti, merupakan profesi yang pada implementasinya berhubungan erat dengan sastra. Karena itu, menghadirkan puisi dalam peringatan hari pers menurutnya bukanlah sesuatu yang aneh.
Lebih dari itu, lanjutnya, Puisi tak hanya mampu menebaran keteduhan di tengah resah jiwa dan kebencian antar sesama. Namun juga merupakan bahasa hati untuk mengungkapkan rasa cinta damai dan semangat berkarya.
Sejumlah tokoh daerah dan nasional hadir dalam acara bertajuk Merayakan HPN 2022 di Bulan Purnama di Tembi Rumah Budaya itu. Selain baca puisi bersama, sebagai acara inti peringatan menampilkan pidato kebudayaan dari praktisi media H. Imam Anshori Saleh, S.H, M.Hum dan pidato kebangsaan oleh anggota DPR RI Drs. H.M. Idham Samawi.
Anshori Saleh dalam pidato kebudayaan mengemukakan, dua tantangan utama perkembangan dunia pers sekarang ini adalah dominasi kepemilikan media serta penggunaan media online dan media sosial (medsos) yang tidak saja mencederai kebebasan berekspresi dan kebebasan pers, namun juga mengancam kehidupan berdemokrasi.
Menurut Imam Anshori Saleh, kemudahan membuat media massa di era digital sekarang ini, telah banyak disalahgunakan oleh pemilik perusahaan pers yang tak bertanggungjawab dengan memproduksi berbagai informasi menyesatkan kepada masyarakat. Karena itu, mantan Wakil Ketua Komisi Yudisial RI itu mengharapkan pemerintah untuk membuat aturan agar hak publik mendapatkan informasi yang obyektif dan kredibel di atas kepentingan pemilik media lebih terjamin.
Dengan kelebihan yang dimiliki, demikian Imam Anshori, media mampu memengarui masyarakat untu mempercayai suatu isu atau peristiwa sesuai kepentingan media tersebut. Bahkan dengan agenda setting, media juga memiliki kekuatan merancang sebuah isu hingga dianggap penting bagi masyarakat. “Oleh karena itu jika tidak dibuatkan aturan, konglomerasi media dapat menjadi ancaman bagi kebebasan pers dan demokrasi,” kata Imam
Semantara itu Idham Samawi mengaku sangat appreciate terhadap para wartawan sepuh anggota PWS yang masih tetap bersemangat dalam berkarya. Ia mengajak kepada para wartawan sepuh di Yogyakarta dan semua warga negara untuk berama-sama menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan cara melaksanakan nilai-nilai Pancasila.
Pada kesempatan ini, tampil membaca puisi Ketua Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia (IKWI) Yogyakarta Sri Surya Widati dan sejumlah wartawan. Mereka adalah Yudah Prakosa, Soeparno S. Adhi, Wadie Maharief, Masduki Attamami, Sigit Sugito, dan lagu puisi Vincentius Dwimawan.
Wadie Maharief, membacakan dua pucuk puisi karyanya sendiri yang berjudul Kabar Angin dan Kabar Burung. Wartawan senior yang sudah lebih 50 tahun berkecimpung di dunia jurnalistik itu, masih terdengar lantang menyuarakan makna dari puisinya. Dua puisi yang bercerita tentang perjalanan sebuah berita di media massa yang disebutnya cepat datang dan cepat menghilang. “ ... yang mengikatnya, hanya sebatas pinggang.”
Acara dimeriahkan pula dengan alunan lagu bersama Iman Santosa dan Sutirman Eka Ardhana yang juga membacakan doa. Acara dipandu oleh Maria Kadarsih, dan sambutan diberikan oleh Ketua Panitia Esti Susilarti dan wakil dari SBP Umi Khulsum.***