.
RAHMAT Sugiyanto sebagai seorang pengusaha makanan bakpia dan wingko memberikan perhatian terhadap para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kulonprogo yang memproduksi aneka makanan khas daerah.
Perhatian yang dilakukan selama ini adalah membantu untuk pemasaran, sekaligus memberikan pendampingan agar produknya diminati konsumen. Pemasaran menggunakan sistem pembayaran dimuka. Melalui sistem ini, pelaku usaha terus berproduksi tanpa harus menuggu produknya terjual.
“Kasihan terhadap pelaku usaha dengan modal kecil untuk pemasaran menggunakan sistem dititipkan seperti di toko-toko. Pembayaran dimuka agar modal bisa untuk memproduksi lagi,” ujar Rahmat Sugiyanto di Pusat Oleh-Oleh Kulonprogo, Terbah, Kalurahan/Kapanewon Pengasih, Kulonprogo, Senin (10/1).
Belajar dari pengalaman Rahmat Sugiyanto yang mulai merintis usaha bakpia dan wingko sejak 2014 lalu, pemasaran menjadi salah satu kelemahan yang dihadapi pelaku UMKM. Produk bagus dan berkualitas dengan pangsa pasar tidak tepat, pelaku usaha tidak dapat maju dan berkembang.
Sebelum memproduksi oleh-oleh khas Yogyakarta, di 2006 bekerja di pemasaran bakpia dari salah satu pengusaha di Yogyakarta. Selain menitipkan ke toko-toko di wilayah Kulonprogo, memasarkan kepada para penumpang kereta api dalam perjalanan dari Yogyakarta sampai Purwokerjo.
Pada saat itu pedagang asongan masih bebas berjualan di dalam kereta. Bakpia habis terjual di Purwokerto, kembali ke Yogyakarta menjual koran bekas yang biasa digunakan penumpang untuk alas lesehan di lantai kereta.
Usaha pembuatan bakpia dan wingko yang dipusatkan di Terbah mengalami kemajuan pesat. Terdapat enam pusat oleh-oleh bakpia dan wingko juga memasarkan sekitar 20 jenis makanan untuk oleh-oleh yang diproduksi pelaku UMKM.
Masing-masing di Terbah, Pengasih, Kali Agung, Toyan, Dekso dan di Sindutan Temon. Di masa pandemi Covid-19, produksi bakpia dan wingko mengalami penurunan sekitar 50 persen. Meskipun demikian tidak sampai berdampak terhadap tenaga kerja.
“Memberikan kesempatan bekerja sekitar 60 orang dengan memanfaatkan tenaga kerja warga sekitar. Semua masih bekerja hanya di masa pandemi, jam kerja sempat dikurangi,” tuturnya.***