.
Sih utami dan bulu antologi Mantra Batari karya berbarunya.. (PM-Muh Sugiono)
MANTRA BATARI merupakan antologi novelet bertema cinta kasih dan kebajikan. Berisi 5 novelet berlatar belakang kisah perjalanan hidup Sang Budha Gautama yang terpahat berabad-abad pada ribuan panel dari ratusan relief Candi Borobudur.
Saking banyaknya kisah yang tersembunyi di dinding candi megah di Magelang itu, membuat sebagian besar masyarakat dan wisatawan yang datang tidak mengetahui jalan cerita tersebut.
Sih Utami, penulis buku asal Sidoarjo Jawa Timur yang sekaligus aktif mempelajari seni baca relief Candi Borobudur di Sekolah Budaya Nittramaya itu dengan cerdik mengungkap kisah ke dalam sebuah antologi novelet .
Saat pertama kali membaca Mantra Batari untuk memberikan testimoni sepekan sebelum naskah diserahkan ke penerbit, saya hanya bisa mengagumi produktivitas dan konsistensi penulis ini yang begitu tekun mengangkat kisah-kisah yang menyelimuti candi Borobudur menjadi karya sastra.
Sebelumnya, penulis sekaligus jurnalis perempuan kelahiran Malang 1 Agustus 1983 ini juga merilis sebuah buku dongeng yang diambil dari sumber yang sama. Berjudul Pangeran Sudhana, berisi 17 judul dongeng bersumber dari karya Acharya Aryasura, pujangga abad ke-2 Mesehi yang ribuan kisahnya terpahat menghiasi dinding Candi Borobudur. Ia merevitalisasi kisah-kisah itu menjadi lebih hidup dan menggubahnya menjadi lebih ramah dikomsumsi anak-anak.
Dan, Antologi Mantra Batari adalah buku ke-13 yang ditulisnya. Dua belas antologi karya Sih Utami yang lebih dulu terbit adalah Pangeran Sadhana, Writing Challenge Batch 18, Story of The Rain, Rumah Sebuah Buku, Hidup Itu Puisi, Seruling Untuk Mama Bumi, Algoritma Cinta, Menggapai Asa Tak Bertepi, Mata Air Cinta, Sampah Puisi Penyair Indonesia, Tadarus Puisi IV, dan Stand By You.
Mantra Batari memuat 5 novelet pilihan dengan pesan moral kebajikan selalu terselip dalam setiap ceritanya. Antologi dibuka dengan haru biru cinta Puteri Sambula dan Pangeran Sottishena dari Kerajaan Kasi. Diberi judul Salju Abadi, kisah ini dipetik dari Gugus Relief Avadana 61-63 yang memuat kisah percintaan sepasang kekasih keluarga bangsawan itu. Sejak pernikahannya yang megah, lalu kepergian Sang Pangeran ke hutan untuk mengasingkan diri karena penyakit kusta yang dideritanya, hingga kepulangannya ke istana.
Novelet berikutnya adalah Romansa Manohara, Ratu Mahamaya dari Sakya, Mahapajapati Gotami, dan Bimbadevi Gopa Yasodhara. Semua kisah dibangun secara apik dengan gaya bahasa sastrawi untuk memberikan nunasa romantisme mendalam. Namun sekaligus juga mengandung nasihat atau pesan moral yang dapat menjadi pelajaran berharga bagi pembaca.
Kecerdikan penulis yang juga seorang storyteller dalam menghidupkan setiap tokoh dalam cerita, benar-benar terasa sanggup mendenyutkan jantung pada sekumpulan relief candi yang sebelumnya mati. Menariknya, kumpulan novelet ini tak hanya fokus pada kisah cinta dengan segala intrik dan romantismenya, melainkan juga memberikan porsi yang berimbang untuk nilai persahabatan dan cita-cita.
Sayangnya, tema yang diambil dari kisah abadi relief candi Borobudur membuat ending ceritanya mudah ditebak, terlebih bagi yang pernah mendengar cerita tersebut dari sumber-sumber lain. Namun kemampuan penulis dalam merevitalisasi alur cerita ternyata sanggup memberikan kejutan tak terduga.
Terlepas dari kelebihan dan kekurangan, Antologi Mantra Batari adalah buku yang sangat layak kalian baca. Pesan-pesan tentang cinta, pengorbanan, nafsu, persahabatan dan dan cita-cita tetap akan relevan untuk pembaca.***