Ribuan Penari dan Seribu Tusuk Sate Gratis Meriahkan Event Reyog Street Carnival 2023
Sih Utami
26 August 2023
.
Sejumlah pertunjukan dalam Reyog Street Carnival 2023. (PM-Utami)
PONOROGO (PM) – Kota ini seolah tak pernah sepi dari hingar bingar event kebudayaan akbar. Setelah dua tahun berturut-turut (2018 dan 2019) berhasil mencatatkan rekor MURI melalui event Reyog Massal dan pertunjukan 2.064 penari Jathil, tahun ini Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur tersebut kembali memanggil ribuan penarinya untuk tampil dalam gelaran Reyog Street Carnival 2023.
Mengangkat tema 'Puncak Harmoni Budaya untuk Dunia', kegiatan seni budaya yang melibatkan 1.000 reyog dan ratusan penari itu digelar di Jl. HOS Cokroaminoto, Ponorogo, Jawa Timur. Mendapat dukungan penuh dari pemerintah kabupaten dan perusahaan swasta setempat, event ini diharapkan dapat semakin mengukuhkan citra keunikan seni Reyog Ponorogo di mata dunia.
"Tahun 2018 Kabupaten Ponorogo pernah mencatat rekor MURI melalui Reyog Massal dan Jalan Santai Penadon. Tahun 2019 pagelaran Reyog dengan 10 Dadak Merak, 20 penari Warok, 1 Klono Sewandono, dan 2064 Penari Jathil berhasil memecahkan rekor MURI sekaligus rekor dunia," ungkap budayawan Wenas Sudirman selaku penggagas event yang juga pemilik rumah Seni Joglo Paju.
Acara berlangsung dua hari, tanggal 25 dan 26 Agustus 2023, diisi dengan sejumlah pertunjukan. Mulai Lomba Mewarnai, Pameran dan Workshop Fotography, Bazar UMKM, Reyog Lawas, Wayang Panoragan, Cokekan, Jathilan Lanang, Seribu Sate Gratis, Jaranan, hingga Meet and Great Film Golan Mirah.
Reyog Stret Carnival, lanjut Wenas, merupakan wujud kecintaan terhadap seni Tari Ponorogo, dengan menginagurasi Reyog Tempo Doeloe dengan Jathilan laki laki (gemblak) untuk edukasi. Dengan begitu ia berharap masyarakat terutama generasi muda menjadi tahu dan paham sejarah perkembangan Reyog Ponorogo.
Reyog Street Carnival 2023, selain pagelaran reyog juga menampilkan ratusan parade adat budaya Ponoragan, ratusan pameran UMKM, dan ribuan pelaku ekonomi kreatif.
Perhelatan dibuka oleh Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggara Kegiatan Kemenparekraf RI, Visensiis Jemadu dan melibatkan pelaku usaha, seniman, budayawan, pelajar dan mahasiswa, serta pemerintah daerah.
Menurut Wenas Sudirman, event ini rencananya akan diselenggarakan setiap tahun. Dengan harapan agar para pelaku seni, pelajar dan mahasiswa memelihara semangat dedikasi untuk menghidupkan reyog. Kolaborasi antargenerasi disebutkan bisa menjadi cermin kebersamaan untuk mengangkat kekayaan tradisi.
Reyog sendiri berasal dari kata dioyog-oyog yang berarti gerakan menggoyang-goyang perut ibu. Sehingga secara filosofis tradisi Reyog Ponorogo memilikki makna sebagai lambang keperkasaan, kejantanan dan kegagahan manusia dalam perjalanan hidup mulai lahir, tumbuh, hingga mati.
"Semoga sifat-sifat keutamaan yang terkadung dalam tradisi ini dapat diwarisi secara turun-temurun dengan rasa bangga oleh generasi mendatang,” pungkas Wenas.***