.
Gaun bergambar burung garuda, salah satu maskot karya Ani Seto. (PM-Ist)
GUNA mendorong terciptanya trend fashion, para perancang busana selalu berinovasi. Berusaha memunculkan kreasi-kreasi baru, dengan harapan bisa menjadi trendsetter. Aktivitas semacam itu pula yang tak henti dilakukan Ani Seto di butik Yose Art yang dikelolanya dalam tiga tahun terakhir.
Ani Seto menyadari, para fashionista, terutama kalangan milenial, senantiasa ingin tampil beda dalam gaya berbusana. Untuk menjawab keinginan tersebut, Ani Seto menawarkan konsep baru berupa gaun lukis dengan teknik batik dalam aplikasinya.
Mungkin sudah ada beberapa desainer yang sebelumnya meluncurkan konsep batik lukis, atau menempelkan lukisan batik pada busana. Namun, gaun atau rok lukis garapan Ani Seto tampak lebih spesifik. Perempuan paruh baya tersebut benar-benar membuat busana yang sejak awal dikonsep sebagai rok lukis. Diawali dengan membuat pola pada kain, membikin sketsa (lukisan) pada posisi yang dikehendaki, kemudian dipadankan dengan motif batik atau bisa juga polosan, baru kemudian dibatik. Setelah proses pembatikan selesai baru dijahit sesuai rancangan.
Ani Seto mengaku sudah mengawali kegiatan membuat gaun lukis ini sejak masih tinggal di Bandung, saat menyertai tugas suami. Tapi baru benar-benar intens sejak pindah ke Yogyakarta tiga tahun silam. Terlebih setelah bertemu dengan ketua Asosiasi Pengusaha Perancang Mode Indonesia (APPMI) Yogyakarta, Sugeng Waskito, semakin produktif Ani Seto dalam menghasilkan karya rancang.
Pada beberapa kesempatan presentasi, gaun lukis anggitan Ani Seto mendapat respons positif dari kalangan fashionista. Gaun lukis dinilai sebagai jawaban atas keinginan para penggemar fashion, terutama dari kalangan milenial dan ibu-ibu muda usia. Mengingat rok lukis keluaran Yose Art ini umumnya berupa busana-busana ready to wear. Busana yang bisa dikenakan untuk berbagai kesempatan (casualties). Simpel dalam pemakaian maupun perawatan, dengan teknik cuting yang terkesan sederhana.
Lewat platform digital, Ani Seto mulai mempromosikian karya-karyanya. Dari sana pula gaun lukis Yose Art semakin dikenal masyarakat dan mendapatkan penggemar tersendiri.
"Pada awalnya saya memang hanya memperkenalkan rok lukis karya saya melalui akun Instagram atau Facebook. Respons sangat bagus. Hal itu semakin menyemangati saya untuk semakin banyak menghasilkan karya-karya baru," tutur Ani Seto saat ditemui di Galeri Yose Art di Dusun Onggobayan, Ngestiharjo, Kasihan, Bantul.
Tidak hanya dari dalam negeri, fashionista manca negara pun dibuat terpesona. Itu terjadi setelah tiga tahun lalu Ani Seto mendapat undangan dari Kedutaan Besar (Kedubes) Finlandia untuk memamerkan karya-karyanya di 'Negeri Seribu Danau' tersebut. Dari Finlandia menyeberang ke Moskow, untuk melakukan kegiatan serupa.
"Ternyata masyarakat di Finlandia dan Moskow sangat menyukai gaun lukis batik. Sekali lagi, itu semakin menyemangati diri saya untuk terus mengeksplorasi batik lukis," kata ibu dua putera tersebut.
Sepulang dari Finlandia itu, atas desakan dari Sugeng Waskito, Ani Seto resmi menjadi anggota baru APPMI Yogyakarta. Dalam pandangan Sugeng Waskito, talenta seni yang ada pada diri Ani Seto sungguh luar biasa. Karya-karyanya berkarakter. "Semakin ke sini semakin kreatif, apalagi lukisan yang dihasilkannya juga semakin beragam," kata Sugeng Waskito.
Dalam membuat lukisan untuk busananya, Ani Seto selalu intens, tidak terburu-buru. Kebanyakan berupa lukisan binatang, terutama burung dan kupu-kupu. "Saya memang paling suka menggambar burung dan kupu-kupu. Tetapi sekarang juga mulai banyak melukis bunga-bunga, terutama bunga matahari," ungkapnya.
Bakat melukis dan olah seni lainnya, tampaknya mengalir deras pada darah perempuan ramah ini. Bisa dipahami, mengingat dirinya terlahir dari keluarga seniman. Sekadar tahu, Ani Seto adalah cucu dari seniman serba bisa Atmonadi Joni Gudel (almarhum). Bahkan di sekeliling tempat tinggal dan galerinya, keseluruhannya mendapat sentuhan seni. Dari lukisan di pagar tembok, di lantai taman, penataan seni instalasi di beberapa space dan pendapa joglo, semua tergarap artistik. Teduh menenteramkan.***