.
Novak Djokovic pamerkan trofi Australia Terbuka 2021. (PM-Getty Images)
Pemerintah Australia kembali mencabut visa Novak Djokovic. Petenis nomor satu dunia itu pun gagal bertanding pada turnamen Grand Slam Australia Terbuka 2022. Kesialan petenis asal Serbia tersebut bisa semakin terasa bila ancaman penahanan terhadapnya direalisasikan.
Hasil sidang darurat, Jumat (14/1) menyebutkan, Djokovic akan berada dalam tahanan imigrasi mulai Sabtu (15/1). Sementara tawaran Djokovic untuk menghindari deportasi akan didengar oleh Pengadilan Federal Australia pada Sabtu pukul 10.15 waktu setempat. Pemerintah Australia setuju untuk tidak mendeportasi petenis berusia 34 tahun itu sampai sidang selesai, kata pengacara Stephen Lloyd pada sesi darurat larut malam di pengadilan sirkuit federal seperti dikutip AFP.
Sabtu pagi, Djokovic diperkirakan bakal mendatangi kantor-kantor pemerintah. Dia akan diizinkan keluar dari tahanan untuk mengikuti sidang pengadilan online di kantor pengacaranya, tetapi harus di bawah pengawasan petugas Pasukan Perbatasan Australia. Pemerintah konservatif Australia yang awalnya kalah di pengadilan, meminta kekuatan eksekutif luar biasa untuk kembali mencabut visa Djokovic, kali ini dengan alasan kepentingan umum. Pengacara Djokovic, Nick Wood mengatakan bahwa pemerintah berargumen, kehadiran Djokovic dapat membangkitkan sentimen antivaksin di Australia yang tengah memerangi lonjakan kasus Covid-19 varian Omicron.
Dalam skenario terburuk, Djokovic bisa menghadapi tuntutan hukuman satu tahun penjara. Hal itu dimungkinkan apabila pasukan perbatasan Australia menemukan bukti bahwa juara sembilan kali Australia Terbuka itu telah memberi pernyataan palsu pada formulir imigrasi yang diserahkannya sebagai bagian dari syarat masuk ke negara tersebut.
Pada Rabu (12/1), petenis pengoleksi 20 titel Grand Slam itu mengakui dirinya telah menyerahkan informasi yang tidak akurat dalam formulir pernyataan perjalanan, yang katanya diisi oleh agennya atas namanya sebelum memasuki Australia.
Dalam formulir imigrasi disebutkan jika dirinya tidak melakukan perjalanan atau tidak akan melakukan perjalanan dalam 14 hari, sebelum penerbangannya ke Australia pada 4 Januari. Namun berdasarkan unggahan media sosial yang muncul sejak itu, Djokovic terdeteksi berada di Beograd pada 25 Desember dan kemudian di Spanyol selatan pada 31 Desember.
"Agen saya dengan tulus meminta maaf atas kesalahan administratif dalam mencentang kotak yang salah tentang perjalanan saya sebelum datang ke Australia," kata Djokovic dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Instagram. "Ini adalah kesalahan manusia dan tentu saja tidak disengaja. Kita hidup di masa yang penuh tantangan dalam pandemi global dan terkadang kesalahan ini bisa terjadi," lanjutnya.
Pada formulir yang diisi Djokovic sebelum penerbangannya ke Melbourne, terdapat pernyataan yang memperingatkan bahwa memberikan informasi palsu dapat diancam hukuman maksimal satu tahun penjara.
"Memberikan informasi palsu atau menyesatkan kepada Pemerintah Australia adalah pelanggaran serius. Jika terbukti bersalah, hukuman maksimalnya adalah penjara selama 12 bulan," kata situs web deklarasi perjalanan pemerintah Australia.
Insider mewartakan, investigasi oleh Pasukan Perbatasan Australia mengenai apakah Djokovic menyesatkan pihak berwenang tentang pergerakannya sebelum dia terbang ke Australia, sedang berlangsung. Meskipun tampaknya tidak mungkin Djokovic benar-benar menghadapi hukuman penjara, itu tetap menjadi pilihan. ***