.
Patmamedia.com (SLEMAN) – Kabupaten Sleman semakin memperkuat posisinya sebagai pusat produksi salak, khususnya di daerah Tempel, Turi, dan Pakem. Plt Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan (DP3) Sleman, Suparmono, menyatakan bahwa salak, yang menjadi ikon utama Sleman, terus berkontribusi signifikan terhadap perekonomian petani lokal. Dari berbagai varietas yang dibudidayakan, salak madu kini menjadi primadona, diminati baik di pasar domestik maupun internasional.
“Salak madu memiliki keunggulan tersendiri dibandingkan salak lainnya. Ukurannya lebih besar, teksturnya empuk, dan rasanya manis serta juicy,” ungkap Suparmono. Varian salak madu yang dikembangkan di Sleman mencakup Salak Madu Balerante dan Salak Madu Probo, yang dihargai lebih tinggi dibandingkan salak pondoh, yakni mencapai Rp 25.000 per kilogram. Harga yang lebih tinggi ini sebagian disebabkan oleh fenomena El Nino dan kekeringan yang menyebabkan penurunan produksi.
Upaya peningkatan produktivitas salak terus dilakukan oleh pemerintah setempat. Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Sleman telah melaksanakan berbagai program untuk mengatasi masalah usia tanaman yang tua dan serangan hama lalat buah. Di antaranya adalah peremajaan lahan, bantuan pupuk, serta gerakan pengendalian lalat buah. Selain itu, pelatihan dan penerapan Good Agricultural Practices (GAP) juga dilakukan melalui pendampingan teknis bagi petani.
Berdasarkan data DP3 Sleman, meski luas panen salak menurun dari 2.163,43 hektar pada 2019 menjadi 1.240,5 hektar pada 2023, produksi salak hanya turun sebesar 5,13%. Sebaliknya, produktivitas meningkat signifikan hingga 65,56%, dengan produktivitas pada 2023 mencapai 390,08 kwintal per hektar. “Ini menunjukkan bahwa kualitas pengelolaan lahan dan perawatan tanaman salak terus meningkat, meski luas lahan berkurang,” tambah Suparmono.
Tak hanya berfokus pada peningkatan kualitas dan produktivitas, DP3 Sleman juga memberikan dukungan teknologi bagi petani salak. Bantuan berupa mesin chopper dan pupuk hayati cair diberikan untuk mempercepat proses fermentasi pupuk alami. Selain itu, teknologi irigasi tetes akan diperkenalkan untuk menjaga produktivitas salak selama musim kemarau.
Dengan segala upaya ini, diharapkan salak madu dapat terus berkembang sebagai komoditas bernilai tinggi. “Pada akhirnya, kesejahteraan petani salak di Kabupaten Sleman akan meningkat seiring dengan tingginya permintaan pasar dan harga yang menguntungkan,” tutup Suparmono.