Srawung Seni, Ungkapan Persaudaraan Seniman Lintas Wilayah
Sih Utami
05 July 2023
.
Tari Kupu-Kupu dari Dapur Kesenian Wilwatika sebagi salah satu penampil memukau penonton Serawung Seni 2023 di Jateng. (PM-Utami)
Semarang (PM) - Seni budaya tak hanya mampu menebarkan keteduhan jiwa di tengah kebencian, namun juga merupakan bahasa hati untuk mengungkapkan rasa cinta damai dan persaudaraan antar makhluk dalam semesta. Seperti gelaranSrawung Seni bertajuk Merayu Semesta, digelar secara meriah selama satu hari penuh sejak pagi hingga malam pada Minggu, 02 Juli 2023, di Dusun Sejambu, Desa Kesongo, Kecamatan Tuntang, Kabupaten Semarang, Jateng. Dihadiri oleh puluhan kelompok seniman dari tiga provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Pertunjukan seni itu sekaligus untuk menandai peresmian Yayasan Leazous Bhakti Kehidupan. Yayasan Leazous sendiri merupakan sebuah wadah yang menampung anak-anak yatim piatu dan tempat rehabilitasi bagi para anak jalanan. Didirikan 30 tahun lalu, Leazous dalam perjalanannya, kini berevolusi menjadi 3 pilar; Leazous sebagai Jamaah persaudaraan, sebagai yayasan dan sebagai badan amal usaha. Militan Leazous mengumpulkan dana dari bazar baju dan barang bekas layak pakai serta mengamen dari satu cafe ke cafe lain dan digunakan sepenuhnya bagi tidak kurang dari 300 anak yatim.
Bertepatan dengan momentum tersebut anggota Leazous Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat berkolaborasi menggelar pertunjukan Srawung Seni Merayu Semesta 2023. Penampilan para duta seni dari wilayah ujung timur sampai ujung barat Pulau Jawa itu berhasil memukau ratusan penonton dan para undangan yang terdiri dari jajaran pejabat daerah dan tokoh masyarakat yang hadir memenuhi lokasi pertunjukan.
“Kehidupan penuh liku, manusia tidak mungkin mengintervensi dan mendikte Allah, namun manusia bisa berdialektika secara anggun untuk merayu Semesta (Allah). Dari kegelapan kami bergandengan tangan dengan sesama, terus berjalan entah dengan tertatih atau merangkak menuju Cahaya Ilahi.” Demikian ungkap Zofiex, selaku Koordinator Penyelenggara ketika dikonfrimasi patmamedia.com terkait makna tema Merayu Semesta.
Para penari cilik mengawali pertunjukan dengan Tari Kupu-Kupu. Kematangan gerak tari anak-anak itu menghadirkan suasana ceria sekawanan kupu-kupu yang terbang dalam iringan musik gamelan yang hormonis di bawah besutan Hari Mudji Wahjono yang beken dengan nama Pak Klantung dari Dapur Kesenian Wilwatika Jawa Timur. Dialog bermacam gerakan tubuh yang lincah dan intrumen musik tradisional itu menyuguhkan nuansa nada dan suasana yang segar pada tiga tarian lain yang disuguhkan sanggar ini.
Dekorasi panggung bergaya klasik kontemporer memberi kesan sempurna perpaduan jiwa antara tiga dunia berbeda, masa lalu dan masa kini dan masa depan (Triwikrama). Mungkin inilah yang menjadi inspirasi bagi anak-anak sanggar Delta Trivikrama dari Sidoarjo. Mereka menghentak panggung dengan Tari Anak Ronggeng, Tari Jejer Jaran Dawuk, dan Tari Ngganong dengan kepercayaan diri yang tinggi. Semangat itu pula yang dibawa oleh anak-anak Sanggar Citra budaya dan Damar Budaya dari Lumajang Jatim ketika membawakan tarian mereka.
Tidak ketinggalan Saggar Tari Amaranggana menampilkan tari Mojang Priangan dan Tari Ronggeng Nyentrik. Sedangkan Sanggar Tari Jinggosobo, Banyuwangi menyuguhkan Tari Gandrung Marsenan dan Jaranan Buto. Berkat tangan dingin Bopo Alek Joko Mulyo, tarian yang disuguhkan membuat penonton tergiring ikut bergoyang mengikuti hentakan suara kendang yang cadas dan tiupan flute yang manis. Tari Ning Gesit menjadi tarian penutup yang manis disajikan oleh Sanggar ADP Surabaya di bawah bimbingan Mamik Sudarsi,S.Pd.
Pagelaran itu tidak hanya dimeriahkan oleh tarian anak-anak, namun para pembina dan sesepuh Srawung Seni juga turut andil sebagai bentuk penghargaan dan tali kasih keluarga Srawung. Mulai tari, musikalisasi puisi, geguritan, Wayang Blang Bleng, seni membaca relif dan masih banyak lagi. Keseluruhan pertunjukan Srawung Seni Merayu Semesta tersebut menunjukkan betapa negeri ini memiliki kekayaan seni budaya adiluhung yang melimpah.
Sehingga Bupati Semarang, Ngesti Nugraha yang hadir sebagai undangan kehormatan mengungkapkan apresiasinya secara terbuka atas gagasan acara tersebut. “Kompilasi pertunjukan seni budaya antar wilayah, merupakan gagasan brilliant dalam rangka merawat kekayaan budaya Indonesia.”
Melalui seluruh repertoar yang ditampilkan seakan mereka menegaskan arti nilai persaudaraan antar seniman dari berbagai genre dalam satu frame bernama Indonesia. “Jika agama ditakdirkan menjadi berbagai aliran, maka melalui seni berharap bisa menyatukan berbagai aliran itu,” ungkap Ketua Yayasan Leazous.***