.
Tim Forensik RS Bhayangkara yang hendak melakukan otopsi jenazah Proyo dibantu warga melakuan penggalian makam di TPU Ngede, Tangkisan III, Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Kokap. (PM-Roberto Gusta)
Kulonprogo (PM) – Tim Forensik Rumah Sakit (RS) Bhayangkara Polda DIY melakukan otopsi jenazah Ngatiman alias Proyo (39) yang tewas setelah dianiaya seorang pria berinisial SR alias K (45) di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Ngede, Pedukuhan Tangkisan III, Kalurahan Hargomulyo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulonprogo, Kamis (12/5).
Kapolres Kulonprogo, AKBP Muharomah Fajarini yang memimpin jalannya otopsi di TPU Ngede mengungkapkan perlu melakukan otopsi tubuh korban meskipun telah mendapat pengakuan dari tersangka, keterangan para saksi dan keluarga yang mengetahui peristiwa kejadian tersebut.
“Sebanyak 19 personil dari RS Bhayangkara dilibatkan melakukan otopsi. Mudah-mudahan otopsi berjalan cepat dan hasilnya cepat dikeluarkan sehingga mempercepat penyidikan untuk mengungkap kebenaran,” tutur Murahomah Fajarini.
Seperti diketahui Proyo ditemukan meninggal di jalan cor blok kampong dekat rumahnya setelah dianiaya seorang pria berinisial SR alias K (45) yang diduga memiliki hubungan asmara dengan istri korban berinisial T, Rabu (4/5) lalu.
Dari hasil pemeriksaan kepolisian, SR sudah ditetapkan sebagai tersangka dan ditahan di Polres Kulonprogo. Dalam pemeriksaan SR mengaku menganiaya Proyo karena ketahuan dirinya sedang berduaan bersama istri Proyo T.
Antara SR dan Proyo sudah saling kenal karena pekerjaan keduanya sama menjadi sopir. Penyidik melakukan pemeriksaan tubuh mayat korban setelah mendapatkan izin dari pihak keluarga. Proses otopsi yang diikuti keluarga korban dan warga sekitar berjalan lancar.
Kakak ipar Proyo, Esti Naratih (39) menuturkan ketemu korban terakhir sekitar dua jam sebelum ada kejadian. Proyo datang ke rumahnya tetapi tidak ketemu kakaknya Supandi karena sedang mengantarkan kelapa ke Klaten, Jawa Tengah.
Menurutnya, Proyo menitipkan sertifikat tanah dua lembar, BPKP motor dan berpesan menitipkan kedua anaknya. “Setelah itu berpamitan, katanya akan klithih-klithih (jalan-jalan –red). Di rumah tidak pernah menceritakan istri atau keluarga,” ujar Esti Naratih.
Pedagang pengepul kelapa, Karyono menyatakan Proyo sudah sekitar empat tahun bekerja di tempatnya menjadi sopir angkutan barang, mengantarkan kelapa ke Klaten, Jawa Tengah. Selama kurang lebih satu setengah tahun terakhir sakit-sakitan.
Setelah sembuh siang hari sebelum kejadian, katanya sempat meminta Proyo mengantarkan kelapa ke Klaten melalui nomor WA istrinya. Pada awalnya menyatakan sanggup tetapi sekitar pukul 14.30, Proyo datang ke rumah membatalkan kesanggupannya.
Karyono selanjutnya meminta bantuan kakak Proyo, Supandi menggantikan sopir untuk mengantarkan kelapa ke Klaten. Pada saat kejadian, Karyono bersamaan ada acara lamaran ke Kebumen.***s