.
Jumini (sebelah kiri) bersama Wagini dan salah satu cucunya yang berhasil menyelamatkan diri dari reruntuhan rumah yang roboh akibat diterjang lereng bukit longsor. (PM-Istimewa)
Lereng bukit sisi timur yang cukup curam longsor di Pedukuhan Plampang, Kalurahan Kalirejo, Kapanewon Kokap, Kabupaten Kulonprogo. Longsor terjadi pada malam hari bersamaan turun hujan cukup deras disertai kilatan petir yang diikuti suara halilintar menggelegar.
Tanah longsoran meluncur ke bawah begitu cepat menyapu bersih segala benda di atasnya. Rumah tinggal Jumini (65) yang ada di bawahnya ikut roboh terkubur longsoran. Tanah longsoran dan air hujan bercampur menjadikan banjir lumpur.
Hujan deras disertai kilatan petir pada Kamis (31/3) malam itu membuat Jumini yang sendirian tinggal di rumah itu tidak dapat tidur. Suaminya sudah meninggal belasan tahun lalu. Sedangkan kedua anaknya yang sudah berkeluarga tinggal di luar daerah.
Ia menceritakan kondisi cuaca di Plampang II kepada anaknya yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah melalui media sosial WA (WhatsApp). Chat-chatan belum selesai, mendengar suara keras seperti bebatuan dan kayu patah mengalahkan suara air hujan.
Nenek empat cucu ini beranjak dari tempatnya untuk melihat asal suara dari balik jendela rumah. Belum mengetahui sumber suara, pandangan menjadi gelap. Tidak mengetahui lagi kejadian yang menimpa dirinya.
Tubuhnya sulit digerakkan terhimpit benda keras dan sekujur tubuh dipenuhi benda cair. Di tengah kegelapan berusaha bisa lepas dari himpitan benda keras. Cahaya kilat petir menyadarkan Jumini berada di reruntuhan rumah.
“Pada saat itu pandangan menjadi gelap semua. Kaki terjepit benda keras dan tubuh sulit digerakkan. Seluruh tubuh penuh lumpur, basah semua,” kenang Jumini yang berusaha menyelamatkan diri dari dalam rumah roboh tertimbun longsoran.
Menurutnya, sempat berusaha berteriak minta tolong tetapi kalah keras dengan suara air hujan. Ia berusaha melepaskan tubuhnya dari himpitan benda keras dan tangan berusaha bisa meraih benda untuk pegangan.
Dari cahaya kilat petir itu bisa melihat ada lubang atap empyak rumah. Setelah tubuh lepas dari himpitan benda keras, merayap berusaha bisa keluar dari lubang itu.
Pada akhirnya Jumini berhasil melewati lubang empyak, berlari ke rumah tetangga terdekat Wagini (57). Jarak rumahnya yang roboh dengan rumah Wagini sekitar 20 meter. Lari dalam kegelapan harus melewati lumpur setinggi pinggang.
Sedangkan Wagini di dalam rumah merasa ketakutan. Di tengah hujan deras pada malam hari mendengar ada suara teriakan minta tolong dari luar. Meskipun demikian berusaha memberanikan diri keluar rumah, melihat Jumini di teras rumah.
“Awalnya sempat takut, malam-malam ada teriakan minta tolong. Sekujur tubuh Jumini penuh lumpur dari ujung kaki sampai ujung rambut. Mukanya sperti orang keluar dari dalam kubur,” ujar Wagini.
Tubuh masih dipenuhi lumpur, Jumini menceritakan rumahnya roboh terkena longsor. Wagini segera meminta Jumini mandi dan memberikan pakaian untuk ganti.
Pada saat itu juga Wagini beserta keluarga dan Jumini ke rumah Jumini yang diceritakan roboh. Bangunan rumah terbuat dari kayu roboh diterjang longsor. Perabotan rumah tangga, surat berharga, pakaian dan barang berharga ikut terkubur di dalam longsoran.***w