.
Keindahan hamparan tanaman padi lahan tadah hujan di lereng perbukitan Menoreh yang menjadi lokasi upacara tradisi wiwitan di Penggung, Kalurahan Purwosari. (Foto: PM-Roberto Gusta)
Kulonprogo (PM) – Tidak siia-sia Bupati Kulonprogo Drs H Sutedjo hadir lebih awal pada upacara adat 'wiwit' mengawali panen padi lahan tadah hujan di lereng perbukitan Menoreh, Pedukuhan Penggung, Kalurahan Purwosari, Kapanewon Girimulyo, Kabupaten Kulonprogo, DIY, Selasa (22/3/2022). Kawasan perbukitan Menoreh, di pagi hari selalu menghadirkan pemandangan yang indah dengan udara yang segar.
Sekitar pukul 06.30 WIB, Bupati Sutedjo telah hadir di lokasi kegiatan. Kehadirannya yang awal dari rencana awal pukul 08.30, membuat grubyugan panitia yang sudah mempersiapkan acara tersebut jauh hari sebelumnya.
“Karena pukul 10.00 ada rapat dengan Pak Gubernur DIY yang tidak dapat diwakilkan. Agar bisa hadiri upacara wiwitan, meminta acara dimajukan,” kata Drs H Sutedjo.
Bupati Kulonprogo bersama rombongan tiba lebih awal dari sebagian warga, termasuk grup kesenian tradisional yang hendak menyambut dan memeriahkan uapara wiwitan. Meski demikian, Bupati Sutedjo tidak kecewa, karena terpuaskan dapat menikmati udara pagi dan keindahan panorama sekitar lokasi upacara wiwitan.
Bupati Kulonprogo memberikan apresiasi kepada para petani yang berhasil menanam padi di lahan tadah hujan dengan produktivitas gabah kering panen bisa mencapai sekitar 9 ton per hektar.
Petani, kata Sutedjo, harus terus berupaya meningkatkan produktivitas panenan karena kebutuhan beras terus meningkat. Pemkab akan berusaha memfasilitasi memberikan jalan keluar terhadap permasalahan yang dihadapi petani.
Dinas Pertanian dan Pangan dan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) kabupaten terkait, diharapkan bisa membantu petani dalam upaya meningkatkan produksi pertanian. “Lurah Purwosari sudah menyampaikan permasalahan petani di Penggung,” jelasnya.
Sebelumnya, Lurah Purwosari Sri Murtini mengungkapkan permasalahan yang dihadapi petani menggarap lahan tadah hujan di Pengung. Luasan lahan teras-sering di lereng perbukitan sekitar 35 hektar. Dalam satu tahun hanya bisa menanam padi pada musim penghujan.
Menurutnya, dua kali musim tanam lahan tidak bisa ditanami karena tidak tersedia air. Petani mengharapkan kepada pemerintah membangun jaringan irigasi menggunakan pipa dengan mengambil sumber air di Pedukuhan Wonosari.
Antara lahan tadah hujan di Penggung dengan sumber air, berjarak sektiar 3,5 kilometer. Permasalahan lain dihadapi penanganan paska-panen masih dilakukan secara manual.
“Setelah ada pipanisasi irigasi harapannya petani dalam satu tahun bisa menanam padi dua kali dan palawija sekali. Tidak seperti sekarang, hanya menanam padi sekali,” tutur Sri Murtini.***k