.
Kepala DLH Kulonprogo menyampaikan materi pada workshop pengelolaan limbah domestik anorganik di TPA Banyuroyo, Kapanewon Nanggulan. (PM-Robreto Gusta)
Kulonprogo (PM) – Pemkab Kulonprogo menyelenggarakan workshop pengelolaan limbah domestik anorganik dalam rangka menciptakan lingkungan sehat dan keluarga sejahtera di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) Banyuroto, Kapanewon Nanggulan, Rabu (18/5/2022).
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kulonprogo, Sumarsana sebagai moderator diskusi workshop mengajak peserta membuka masker sejenak untuk menghirup udara di lingkungan TPA Banyuroto.
Penyelenggaraan workshop di tempat terbuka hanya berjarak beberapa meter dari lokasi penimbunan sampah. Sebagian peserta membuka masker dan tidak mencium bau berasal dari timbunan sampah.
“Setiap ada truk sampah lewat tercium bau tidak sedap. Bau sampah yang masih menempel itu terkadang menjadi salah satu penyebab umur pendek untuk kendaraan pengangkut sampah,” tutur Sumarsana.
Adanya pengelolaan sampah dari tingkat keluarga dan terbentuknya bank sampah, katanya terdapat pengurangan sekitar 26 persen dari keseluruhan sampah yang ada di Kulonprogo tidak sampai di TPA Banyuroto.
Sedangkan Dinas PUPKP (Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Pemukiman) Kulonprogo baru mampu menangani sebagian kecil atau sektiar 19 persen. Selebihnya sampah masih dibuang di sembarang tempat.
“Harapanya bisa ditangani mulai dari keluarga, kelompok dan kelurahan, tidak sepenuhnya membebankan kabupaten. Pengelolaan sampah belum maksimal meskipun di Kulonprogo jarang menjumpai sampah di tempat-tempat umum,” ujarnya.
Workshop pengelolaan limbah domestik anorganik dalam rangka menciptakan lingkungan sehat keluarga sejahtera diikuti sebanyak 50 peserta. Tempat penyelenggaraan hari kedua, berbeda dengan tempat penyelenggaraan pada hari pertama, Selasa (17/5/2022).
Penyelenggaraan workshop hari pertama yang dibuka oleh Kepala BKKBN dr Hasto Wardoyo SpOG(K) di Aula Adikarta Pemkab Kulonprogo. Acara pembukaan dihadiri Duta Besar Negara Seychelles Nico Barito, Bupati Kulonprogo Drs H Sutedjo, ketua DPD Asosiasi Kelompok UPPKS (AKU) GKR Bendoro, jajaran BKKBN Pusat dan DIY.
Hasto Wardoyo mengatakan lingkungan bersih dan sehat menjadi salah satu faktor yang dapat menurunkan kasus stunting di Indonesia. Pengaruhnya mencapai 70 persen dibandingkan faktor lain. Menciptakan lingkungan bersih dan sehat harus ditangani dari tingkat keluarga.
Peran keluarga dalam memilah sampah, katanya sangat penting. Hal tersebut akan lebih baik jika diikuti dengan menerapkan metode 3R (Reuse, Reduce, dan Recycle). Sampah juga dapat membawa kesejahteraan.
“Ketika bisa menangani limbah dari hulu akan tercipta zero residu di TPA sehingga tidak penuh. Lingkungan menjadi sehat, keluarga sehat dan sejahtera," kata Hasto Wardoyo.***w