.
Praktik mengolah sampah organik menggunakan komposter. (PM-ist)
Patmamedia.com (SLEMAN) - Pemerintah Kalurahan Condongcatur bekerjasama dengan Fakultas Biologi UGM melaksanakan sosialisasi pengelolaan sampah organik di ruang wacana loka kalurahan condongcatur, Selasa (25/06/2024)
Dalam sambutanya Ulu-Ulu Condongcatur, Murgiyanta, SE, mewakili Lurah menyampaikan sosialisasi ini mengundang 33 Kelompok Pengelola Sampah Mandiri (KPSM) yang ada di Kalurahan Condongcatur yang tersebar di padukuhan, 18 Kelompok Wanita Tani (KWT) yang ada di Condongcatur dan 6 orang perwakilan dari pihak Ketiga sebagai pengambil sampah rumah tangga
“Sosialisasi ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan solusi terutama kepada masyarakat melalui kelompok KPSM dan KWT yang ada Kalurahan Condongcatur untuk membantu permasalahan sampah melalui sosialisasi baik secara individu atau pertemuan yang ada. Selain itu ke depan harapannya ada sinergi antara KPSM dan KWT untuk mewujudkan penanganan sampah organik dan sekaligus hari ini merupakan pertama kalinya kita mempertemukan 2 kelompok tersebut dalam satu acara,” ungkapnya.
Ketua Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) Condongcatur Resik, Ani Sumiarti, S.Pt menjelaskan sosialisasi ini terselenggara atas kerjasama antara Jejaring Pengelola Sampah Mandiri (JPSM) Condongcatur Resik, Tim Satgas Sampah Fakultas Biologi UGM dan Pemerintah Kalurahan Condongcatur. Kegiatan ini dilakukan mengingat keadaan sampah DIY pada saat ini, terutama wilayah Kabupaten Sleman terkena dampak dari penutupan TPA Piyungan. Sehingga kelompok masyarakat melakukan berbagai usaha untuk mengelola sampah organik secara mandiri.
Sementara Ketua Satgas Sampah Fakultas Biologi UGM, Soenarwan Herry Poerwanto, S.Si, M.Kes. yang dosen Fakultas Biologi UGM, memaparkan sampah ada beberapa macam dan dibedakan menjadi 4 yaitu Sampah Organik, Sampah Anorganik, Sampah Residu dan Sampah B3.
“Sampah Anorganik dari masyarakat oleh pemerintah tertangani dengan adanya Bank Sampah, Sedekah Sampah dan Tempat Pemrosesan Sampah berbasis 3 R (TPS 3R). Sampah Residu dari masyarakat oleh pemerintah tertangani melalui Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST). Sampah B3 dihasilkan oleh pemerintah tertangani oleh pihak swasta yang ditunjuk oleh pemerintah,” jelasnya.
Ditambahkan Soenarwan, sampah organik dari masyarakat yang jumlahnya sekitar 60% - 70 % dari total sampah yang ada, diharapkan dapat diselesaikan dari sumbernya oleh masyarakat sendiri dengan dibuat pupuk. Caranya, yang pertama dilakukan adalah mengenali sampah yang ada di rumah masing-masing dengan mulai memilah sampah.
Sedangkan Drs. Hari, M.P., Ph.D. dari Satgas Sampah Fakultas Biologi UGM menjelaskan tentang metode 3 R yaitu Reduce, Reuse dan Recycle melalui beberapa contoh sederhana yang bisa dilakukan.
“Beberapa metode pengelolaan sampah organik antara lain menggunakan komposter, ember tumpuk, Loseda, Biopori, Eco Enzym dan Metode dengan menggunakan Maggot,” terangnya.
Usai pemaparan materi peserta sosialisasi melakukan praktek pengelolaan sampah organik dengan metode fermentasi menggunakan Probiotik Bio 2023 yang diproduksi oleh Fakultas Biologi UGM. Kelebihannya, kandungan mikrobianya lebih banyak sehingga mempercepat waktu pematangan pupuk kompos. Harapannya, setiap peserta nantinya mempraktekkan di kelompoknya masing-masing dan hasilnya dilaporkan kepada Tim Satgas Sampah sebagai upaya monitoring pelaksanaan sosialisasi melalui sampel di 4 KPSM yang ditunjuk.***