Srawung Seni Budaya Sukses Digelar di Mojokerto, Meriahkan HUT Ke-2 Sanggar Seni Kopi Maknyak
Sih Utami
16 July 2023
.
Tari Remo nan rancak menandai sukses gelaran Srawung Seni sebagai upaya melestarikan seni budaya bangsa di Bumi Pertiwi. (PM-Utami)
MOJOKERTO (PM)- Belum reda perbincangan masyarakat tentang gelegar event Srawung Seni yang sukses digelar di Tuntang Semarang Jateng pada Minggu (2/7/) lalu, event budaya serupa kembali digelar di Mojokerto, Jawa Timur, Sabtu 15 Jul 2023. Melibatkan 200 penampil dari 20 sanggar tari dan puluhan seniman solo dari berbagai daerah, gelaran kali ini diselenggarakan dalam rangka memeriahkan Ulang Tahun Ke-2 Sanggar Seni Kopi Maknyak, Prigen, Pasuruan..
Pagelaran dimulai sejak pagi hari, ratusan penampil dari berbagai usia dengan percaya diri unjuk gigi menyuguhkan bermacam seni tradisional, musikalisasi puisi hingga seni membaca relief Candi Borobudur. Ini merupakan rangkaian hajat budaya tradisional yang diharapkan akan mampu menangkal gempuran gaya hidup modern dengan segala dampaknya.
Nyatanya, suguhan tradisi luhur warisan bangsa itu sanggup memesona seribuan penonton yang memadati Taman Wisata Sumber Gempong, Trawas, Mojokerto. Keterlibatan anak-anak yang tampil penuh semangat di atas panggung, sekaligus membuktian keyakinan bahwa budaya leluhur akan tetap lestari di bumi Pertiwi.
"Jangan bilang budaya kita sedang ditinggalkan. Kita justru sedang bangkit dengan penuh semangat," ungkap salah satu penonton asal Surabaya.
Sejumlah penonton berusia remaja yang berada di depan panggung, mengaku heran melihat banyak anak-anak seusianyamampu tampil membawakan tarian dengan gerakan indah gemulai.
Acara pagi itu dibuka dengan arak-arakan. Sangar Seni Kopi Maknyak di bawah bimbingan Iin Wijanarko mengawali penampilan dengan Tari Remo Muda dan Gagrak Anyar. Disusul penampil dari Malang Dance yang membawakan Tari Gajah Melin dan Sirih Kuning. Sementara Sanggar Tari Pasuruan membawakan Tari Sun Kembang Using dan Tari Remo Wali. Tidak ketinggalan Sanggar Tari Songo-Songo, Lumajang menghentak panggung dengan Tari Jaran Slining dan Rupo Kembang.
Suasana semakin meriah ketika semua peserta membawakan Tari Rampak secara massal. Tari Rampak merupakan tarian asli Jawa Tengah yang menggambarkan kegagahan para prajurit kala berperang itu memukau pengunjung yang hadir.
Pembaca relief Candi Borobudur, MamaUt selanjutnya mendapatkan giliran menaiki panggung. Dengan fasih wanita dari Sekolah Budaya Nittramaya itu membawakan sebuah kisahtentang persahabatan sepasang angsa emas. Diiringi Tari Klasik oleh Mbah Tri Broto Wibisono dan permainan Wayang Blang Bleng oleh Ki Ompong Soedarsono, membuat penonton seperti dibawa berkelana menyaksikan sendiri peristiwa yang ada dalam cerita yang dituturkannya.
“Kita berharap kesetiaan dan persahabatan satwa dalam cerita itu mampu menjadi teladan bagaimana kita harus memupuk tali persaudaraan serta memupus kebencian,” ucap Mbah Tri Broto Wibisono selaku sesepuh Srawung Seni.
Menurut MamaUt, ia manjadi siswa Sekolah Budaya Nittramaya karena kekagumannya yang luar biasa terhadap maha karya Candi Borobudur dan merupakan salah satu keajaiban dunia. Candi di Magelang Jateng itu, paparnya, memiliki 2.672 panil relief dengan lebih dari 400 kisah teladan kebaikan.
“Akan sayang sekali jika generasi tidak mengenal dan memahami kisahnya," tutur pencerita sekaligus penulis ulang kisah-kisah relief Candi Borobudur tersebut.
Pertunjukan berlangsung silih berganti. Hingga mejelang senja, para penonton masih belum mau beranjak dari tempatnya. Bahkan mereka dibuat gemas saat sekawanan penari berkostum bledug(anak gajah) berwarna hitam berlenggak-lenggok di atas panggung membawakan Tari Gajah.
Belum lagi selesai decak gemas penonton, sekumpulan “anak-anak ayam” dari Sanggar Tari Abinaya menari Pitik Walik dengan ceria. Salah satu pemeran anak ayam yang baru menetas sempat menangis di atas panggung, ibunya yangmenonton di barisan depan panggung langsung menghambur maju ingin menolongnya. Kejadian lucu itu membuat penonton bersorak girang.Acara ditutup dengan Tari Pegon, Remo Bolet, dan Tari Semut.
Pembina Sanggar Seni Kopi Maknyak, Iin Wijanarko mengaku bahagia karena gelaran seni hari itu berlangsung di tengah cuaca cerah dan berjalan sesuai harapan. Perempuan cantik itu berharap gelaran seni berikutnya akan terselenggara lebih meriah. "Sampai jumpa di Lumajang pada September mendatang," ucapnya dengan wajah sumringah.***